Malam telah tiba, cahaya rembulan telah bersinar dengan sempurnanya menyinari gelapnya malam. Kini Melvan dan Keyzia sedang berjalan sambil gandengan tangan menyusuri sebuah taman yang jauh lebih luas dan megah dibanding dengan taman kediaman Mamah Melanie. Sebuah taman yang sangat luas dengan berbagai tanaman yang tertata dengan sangat rapih dan cantik didukung dengan lampu-lampu sorot membuat taman tersebut semakin bercahaya dengan megahnya. "Key, kenapa ya aku ngerasa suasananya beda banget sama di rumah Mamah Melanie?" ucap Melvan memecah keheningan, mengungkapkan perasaan yang tengah dirasakan oleh Melvan saat ini. "Ya beda lah Van, ini lebih bagus kan daripada taman di tempat Mamah Melanie. Biaya perawatan yang dikeluarin juga beda jauh, ini tempat favorit papah kalo lagi senggang atau libur." jawab Keyzia sambil menikmati suasana dan semilir angin malam.
"Bukan gitu Key, walaupun taman di tempat Mamah Melanie ga semegah ini, tapi rasanya lebih nyaman, tenang, damai, pokoknya enaklah suasananya. Tapi di sini walau tamannya megah banget, kesannya dingin, segan, formal, ya pokoknya ga bikin nyaman nikmatinnya." ucap Melvan coba menceritakan apa yang ia rasakan. "Hmm... mungkin benar ya kata orang, kalau aura seseorang bisa pengaruhin lingkungan sekitarnya ya. Mamah tuh pecinta tanaman, dia ngerawat sendiri tanaman-tanamannya dengan sepenuh hati, aku sering liat dan rasain perasaan tenang dan damainya mamah waktu ngerawat tanaman, walaupun mamah diem dan jarang banget ngomong tapi aura tenang dan damai dari mamah bisa aku rasain selama ada di deket dia, mungkin karena itu juga kamu lebih nyaman pas ditempat mamah, aura dari mamah yang tinggal menetap di sana pengaruhin suasananya. Beda sama di sini, tanaman disini jauh lebih bagus dan terawat, tapi yang rawat dan pelihara tanaman disini ya cuman tukang-tukang kebun yang diperintah langsung sama orang kepercayaan papah. Mungkin mereka ngerjainnya cuman sekedar memenuhi tanggung jawab dan asal bos seneng aja, tanpa ada rasa sayang dan peduli sama tanaman kaya mamah, jadi auranya kerasa dingin, formal, bikin canggung." jawab Keyzia yang ikut mencoba beri penilaian. "Bisa jadi, kayanya aura kita pengaruh banget ya sama lingkungan sekitar. Kamu tau, dulu dibelakang rumah juga ada taman, cuman tanamannya sering mati soalnya mamah sebenernya ga seneng sama tanaman cuman ikutan temen-temennya, setiap mati pasti mamah panggil tukang kebun buat ganti desain soalnya yang rawat aja pembantu atau kadang tukang kebun bukan mamah, mungkin karena itu auranya ga pas jadi dia selalu ngerasa ga cocok kaya ada yang kurang, ya sampe akhirnya dia bener-bener bosen dan nyerah, pokoknya dia jadi ngerasa ribet sama urusan taman karena perasaannya ga pernah nyaman pas nikmatin taman, ya akhinya mamah putusin taman di belakang rumah itu dirombak jadi ruangan-ruangan." ucap Melvan yang mulai menyadari akan pentingnya aura yang kita pancarkan terhadap lingkungan sekitar. "Oh, yang dibelakangnya kolam renang ya, yang ada ruang hall buat makan besar, ruang fitness, ruang salon, sama area outdoor buat duduk-duduk itu kan?" tanya Keyzia yang mencoba mengingat dan mencari tahu letak taman yang dulu pernah ada dibelakang rumah kediaman Prawira. "Yup, bener yaang. Tadinya aku minta ruangan khusus aku satu disitu, buat main game atau kumpul temen, tapi ga dikasih sama mamah, katanya telat, uda keabisan lahan sama kebutuhan penting mamah. Nyebelin kan..." curhat Melvan kepada Keyzia yang membuat Keyzia tertawa, jarang-jarang mendengar Melvan curhat dan mengadu seperti anak kecil. "Key, kita nabung yu buat bikin rumah sendiri." pinta Melvan tiba-tiba sebelum Keyzia selesai dengan tawanya dan menjawab aduan Melvan tersebut. Mendengar ajakan Melvan tersebut membuat Keyzia berpikir sebelum menjawab. "Emm... emang apartement kita sekarang belum cukup Van? Di sana juga kan ada fasilitas kolam renang, fitness, lapangan, laundry, minimarket, resto, semuanya ada, uda lengkap, ga usah urus perwatan lagi, di rumah sendiri mau ada fasilitas kan harus urus perawatannya Van" ucap Keyzia mengemukakan pendapatnya. "Tapi apartement kita kecil yaang, sumpek. Fasilitas apartement kan harus berbagi sama yang lain, ga nyaman, kalo punya sendiri lebih nyaman yaang, lebih lega lagi mau bikin banyak fasilitas juga bisa yaang" ucap Melvan coba membujuk Keyzia agar setuju dengan idenya untuk punya rumah sendiri. Dalam hati sebenarnya Keyzia lebih senang tinggal di apartement, simple, praktis, dan ga repot. Kalo punya rumah sendiri maka tugas Keyzia akan lebih banyak seperti dia harus atur pelayan, atur berbagai kebutuhan perawatan rumah, pastinya biaya hidup juga akan meningkat drastis, pasti bayar air sama listrik juga jauh lebih mahal daripada di apartement. "Tapi Van kita kan cuman berdua, kalo rumahnya gede juga malah cape ngurusnya." jawab Keyzia kembali, coba meyakinkan Melvan kalau belum saatnya mereka punya rumah, apartement masih cukup untuk mereka yang hanya tinggal berdua dan usaha pun baru merintis, belum tergolong sukses dan banyak pemasukan. Tabungan mereka juga masih bisa dikategorikan sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Love
Fiksi RemajaKeyzia Adiputra Seorang cewe berumur 16 tahun yang memilih untuk berpenampilan nerd dan memiliki asumsi bahwa : Mencintai itu adalah hanya kata bualan untuk membuat target mabuk terbuai setelah itu terjatuh, sakit, dan akhirnya dicampakan. Orang-ora...