Jam sudah menunjukan pukul 08.00. Alarm dan gedoran pintu sudah berkali-kali berkumandang dalam rumah keluarga Prawira namun Melvan masih tertidur pulas dibalik selimutnya. Berkali-kali pembantu dan ibunya menggedor pintu untuk membangunkannya namun Melvan masih belum bergeming juga dari balik selimutnya. Hingga jam menunjukan pukul 09.30, akhirnya Melvan bangun juga dan dengan santainya turun untuk sarapan.
Saat sampai di meja makan ia melihat ayah dan ibunya sedang duduk membicarakan sesuatu. Tanpa mengucapkan selamat pagi Melvan duduk malas disamping ibunya untuk mengambil sarapan di meja dan menyantapnya. "Kamu tidak sekolah Van?" Tanya ayahnya dengan nada yang sedang menahan emosi. "Ngga pah, kesiangan." Jawab Melvan cuek dengan muka bantalnya, seakan kesiangan dan bolos adalah hal wajar yang ia lakukan. Melihat kelakuan anak semata wayangnya, Jerson Prawira dan Nicole hanya dapat menggelengkan kepala lalu melanjutkan sarapan mereka.
Setelah selesai sarapan, Jerson beranjak dari tempat duduknya untuk berangkat ke kantor, "Van, ini uang jajan kamu untuk bulan ini." Ayahnya menaruh lima lembar uang berwarna merah diatas meja lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar didampingi ibunya. Melihat hal tersebut Melvan menghentikan sarapannya dan dia kaget ternyata apa yang dibilang ayahnya tadi malam tidak main-main. Ia pun segera menghampiri ibunya yang baru masuk setelah mengantar ayahnya ke mobil. "Mah, Melvan kan gak ngelakuin hal yang berbahaya atau mencemarkan nama baik keluarga. Kenapa papah harus hukum Melvan kaya gini?" Tanya Melvan dengan penuh emosi kepada ibunya. Namun ibunya tidak menanggapi ocehan anaknya, ia segera ke meja makan untuk membereskan meja makan. Melvan pun kaget melihat sifat ibunya yang tiba-tiba hanya diam tidak menanggapi ocehannya sama sekali. Biasanya Nicole sangat ramah dan memanjakan Melvan, selalu mendengar dan menanggapi setiap omongannya. Selalu memaklumi kelakukan nakalnya, dan memaafkan setiap kesalahannya. Tapi hanya karena pulang malam seperti kemarin saja Nicole langsung dingin terhadap Melvan.
Di sekolah Melvan memang menjadi anak yang dingin dan jarang bicara, terkesan galak dan angkuh, namun berbeda jauh ketika di rumah bersama ibunya, Melvan menjadi anak yang hangat dan manja. Mungkin karena itu diakibatkan rasa kangen karena kedua orang tuanya yang jarang ada di rumah. Ibunya pun baru seminggu berada di rumah setelah sebulan lamanya pergi mendampingi ayahnya mengurus kerjaan di luar negri. Hari ini Melvan memutuskan tidak sekolah karena ingin lebih lama bersama ibunya, namun tidak sesuai ekspetasinya, butuh waktu yang sangat lama untuk Melvan minta maaf dan terus merayu ibunya agar mau bicara serta menanggapi perkataannya.
Namun usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil sama sekali, ibunya tetap masih diam tidak menanggapi perkataan Melvan, akhirnya Melvan menyerah dan memilih masuk kamar untuk mencari kesibukan sendiri, ia memilih main P.S untuk menghilangkan rasa bosan dan dongkolnya karena dicuekin ibu tercintanya.
Setelah beberapa jam di kamar akhirnya Bi Ijah pembantunya mengetuk kamar "Den, ditunggu ibu di ruang keluarga." Bi ijah memberitahu Melvan sambil mengetuk pintu kamarnya. Tidak lama Melvan keluar dan menemui ibunya di ruang keluarga. "Akhirnya mamah mau ngomong juga." Pikir Melvan dalam hatinya
"Kenapa mah? Kangen ya sama Melvan." Celoteh Melvan mencoba untuk mencairkan suasana. "Gimana rasanya dicuekin sama mamah?" Tanya mamahnya datar sambil membaca majalah. " ya dongkol lah mah, emang nyamuk dicuekin terus." Jawab Melvan sambil cemberut. "Baru juga beberapa jam mamah cuekin." Jawab ibunya singkat sambil terus serius membaca majalah. Melvan hanya diam tidak berani menjawab omongan ibunya. Dia tahu emosi ibunya saat ini sedang tidak baik. "Maaf mah" akhirnya Melvan meminta maaf untuk mencairkan suasana. "Emang kamu salah apa sampe minta maaf ?" Tanya ibunya lagi. Kali ini ibunya menaruh majalah yang ia baca di meja dan menatap Melvan dengan serius. Melvan hanya menunduk bingung harus berbuat apa. Sedingin dan senakal-nakalnya Melvan tapi ia tetap sangat menyayangi dan menghargai ibunya. Ia tidak pernah berani melawan ketika ibunya marah bahkan akan langsung menundukan kepalanya merasa bersalah, beda kalau ayahnya yang marah, jika emosinya terpancing ia bisa kembali membentak ayahnya, yang akan berakhir dengan cambuk dari ayahnya diiringi tangisan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Love
Fiksi RemajaKeyzia Adiputra Seorang cewe berumur 16 tahun yang memilih untuk berpenampilan nerd dan memiliki asumsi bahwa : Mencintai itu adalah hanya kata bualan untuk membuat target mabuk terbuai setelah itu terjatuh, sakit, dan akhirnya dicampakan. Orang-ora...