Mimpilah Saat Kau Terjaga(2)

1.9K 121 0
                                    

"Niatkan untuk mengubur namanya. Alfiyah itu kan artinya seribu. Kesalahanmu adalah memaknai Alfiyah hanya dia seorang. Padahal jika kau mau sedikit sadar. Kau hapus dia yang cuma seorang itu maka seribu Alfiyah yang lain akan mengejarmu. Kau lupa nasihat Kyai Latief kalau hafal alfiyah itu kelak akan menjadi orang kaya atau menjadi orang alim? Artinya apa? Jika dua hal itu kau dapat. Jangankan seorang Alfiyah. Bidadari-bidadari kayangan sana akan bersedia jadi istrimu."

"Kau memang pinter ngomong."

"Sudah. Ayo kita mulai. Nanti kita nggak hafal saat ujian bisa nggak jadi wisuda kita."

''Boleh. Biar nggak terlalu capek kita gantian saja. Satu nadzom-satu nadzom. Kau dapat satu nadzom ganti aku. Kemudian begitu seterusnya. Gimana?'' aku memberi usulan.

''Ide bagus itu. Seorang Gus memang selalu punya ide brilian.''

Kemudian kami bersiap untuk melafalkan hafalan kami.

''Qola muhammadun huwabnu maliki ahmadu robbillaha khoiro maliki.''
''Musholliyan alannabiyil mustofa waalihil mustakmiliinaas syarofa.''

Setelah selesai melalar bait mukoddimah kami melompat ke bait ke enam ratus. Kami terus bersahut-sahutan membacakan nadzom-nadzom alfiyah. Sesekali berhenti untuk mengambil nafas. Sesekali berhenti karena ada yang terlupa. Sesekali melirik kitab saku yang kami pegang jika hafalan alfiyah kami tersendat.

''Faalifut ta'niitsi muthlaqon mana' sorfallathihawaahu kaifamaa yaqo.''

Aku menunggu giliran Amir setelah aku melafalkan nadzom alfiyah bait ke 650 itu. Aku menatapnya jengkel melihatnya yang hanya diam saja tidak segera menyahut bait berikutnya.

''Hoi, kalau lupa buka saja kitabnya, jangan kelamaan mikir! Katanya hafalanmu kau update setiap hari?'' aku berseru.

''Kau tau artinya nadzoman yang kau baca itu?'' bukannya melanjutkan lalaran dia malah memberiku pertanyaan.

''Katanya tadi ngajak lalaran, sini sudah capek-capek nglalar kau malah bahas arti tetek mbengek, kapan selesainya?'' aku bersungut-sungut.

''Arti nadzoman yang kau baca itu dalem bangit Gus.''

''Apa?''

''Alif ta'nis secara mutlak dapat mencegah tanwin dari isim yang mengandunginya, manakala memasukinya. Dan kau tahu nggak apa arti filosofisnya?"

"Ora ngurus," aku mendengus.

Artinya tuh seorang lelaki yang sedang dikuasai rasa cinta pada wanita maka dia akan tercegah dari keberhasilan tentang apa yang diangan-angankannya. Mimpi-mimpinya akan terbengkalai karena terhalang oleh rasa cinta yang membelenggu pikirannya. Seharusnya kau dapat mengambil pelajaran dari Syaikh Ibnu Malik melalui bait-bait alfiyah ini. Itu bedanya antara Syaikh Ibnu Malik dengan Gus Ibnu Malik. Beliau benar-benar menguasai alfiyah karangannya ini. Sedangkan kau, Gus. Kau benar-benar dibelenggu dan dikuasai oleh Alfiyah yang katamu sudah dojodohkan itu. Hahaha...''

"Bolehkah aku bertanya Mir?"

"Apa?"

"Tapi maaf sebelumnya ya. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku cuma ingin tau aja. Hmm... Dengan statusmu yang jomblo karatan seperti ini apa mimpi-mimpimu sudah tercapai semua?"
Amir terdiam. Aku tertawa penuh kemenangan.

"Kalau semua ya sulit bos. Tapi mimpi-mimpiku jauh lebih banyak yang tercapai daripada kau."

"Jangan salah. Setiap malam aku selalu mampu meraih mimpi-mimpiku. Hitung sendiri berapa banyak mimpiku itu kalau kau mau."
Amir tertawa melecehkan.

"Itu adalah mimpi semu. Semakin banyak kau tidur semakin semu hidupmu!"
Aku mendengarkan ucapan amir yang sedang serius itu. "Kalau kau ingin mimpi-mimpimu jadi nyata maka kurangilah tidur. Sahrul-lail. Belajar. Wiridan. Tirakat. Itu yang dilakukan para ulama' jaman dulu, mengerti? Aku yakin abahmu dulu waktu di pondok jauh lebih rajin daripada kamu."

Aku terdiam merenungi ucapannya. Aku selama ini bahkan tidak tahu bagaimana dulu abah waktu mondok di sini. Aku semakin terdiam. Dan mentari senja di sebelah barat semakin tenggelam. Awan yang menaungi langit senja itu kelihatan resah karena sang mentari yang menyinarinya akan segera pergi. Angin senja pun berdatangan menyambut petang. Udara dingin membasuh wajahku yang pias. Dan senja ini menghadirkan suasana baru padaku.

* * *

Bersambung

Romantika Alfiyah Ibnu MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang