Seorang gadis remaja sedang duduk sendirian di kamarnya. Memeluk kedua lututnya yang ditekuk dan meletakkan dagunya di atas tekukan lututnya. Matanya masih terus meneteskan air mata yang belum berhenti sejak sekitar 30 menit yang lalu.
Hati dan pikirannya masih belum bisa tenang. Masih terbayang dengan keadaan sahabat kecilnya yang mengkhawatirkan. Ditambah lagi dengan hubungan dengannya yang sedang tidak baik. Membuat celah yang besar antara dia dan sahabatnya.
Dia terus saja dihantui perasaan bersalah saat melihatnya. Memberikan luka tersendiri di dalam hatinya. Sebenarnya jika di fikir dengan logika, ia tidak ada masalah dengan sahabatnya itu. Tapi di dalam hatinya ada rasa bersalah yang sedang menghantuinya.
Suara ponsel yang sedari tadi berbunyi nyaring juga tidak mengusik lamunannya. Entah siapa yang berusaha menghubunginya dari tadi, yang pasti itu tidak akan membuatnya melupakan masalahnya saat ini.
Di kepalanya masih terlintas wajah sahabat kecilnya yang pucat pasi. Dengan masker oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya. Selimut putih bersih dan pakaian putih yang menemani tidur lelapnya.
Gadis itu masih saja meneteskan air matanya sampai-sampai banyak tisu yang berserakan di sampingnya.
Gadis itu adalah Andien yang masih berusaha mengartikan apa yang dilihatnya tadi. Hatinya begitu sakit melihat ketidak berdayaan Kenzo. Perasaan bersalah juga seakan menghantuinya.
Setelah sekian lama menangis sendirian, kini Andien sudah terlelap walaupun waktu tidurnya belum datang.
-----
Erlan mengerjapkan matanya berkali-kali saat cahaya matahari masuk dari pintu balkon kamar Kenzo. Ia menoleh ke arah sahabatnya yang masih menutup matanya. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui Ilham tidur disamping ranjang Kenzo dengan posisi duduk.
Erlan kemudian keluar dari kamar itu dan memutuskan pulang karena ia rasa Kenzo sudah bersama orang yang tepat. Erlan juga merasa ia harus ke sekolah karena akan ada ulangan hari ini.
Setelah beberapa saat, kini Erlan sudah berada di sekolah bersama ketiga sahabatnya. Saat baru sampai di sekolah, ia langsung ditodong beberapa pertanyaan dari teman sekelasnya, terutama para siswi yang menanyakan keberadaan Kenzo. Karena ada rumor yang beredar kalau Kenzo sedang sakit.
Erlan hanya menjawab kalau Kenzo sedang terkena demam biasa dan mungkin 2 hari lagi akan masuk. Tapi jujur di dalam hatinya saat mengatakan kalau Kenzo sakit, sebagian hatinya menolak. Bukan tanpa alasan kalau sampai sekarang ia belum bisa menerima kenyataan ini.
Erlan duduk di kursi milik Kenzo untuk sekarang dan beberapa hari kedepan. Selama proses pembelajaranpun Erlan tidak bisa sepenuhnya fokus dengan apa yang disampaikan guru. Di saat ulanganpun Erlan mengerjakannya dengan setengah hati.
Seusai sekolah, Erlan langsung melesat ke rumah Kenzo karena ia menerima telpon dari Kenzi kalau Kenzo sudah sadar. Dan tanpa berpikir panjang, Erlan dan ketiga sahabatnya langsung menuju kediaman keluarga Nugraha itu.
-----
Pemandangan pertama kali yang ditangkap indera penglihatan Erlan, Devan, Reno, dan Rifan adalah kebahagiaan yang sedang dirasakan Kenzo. Sore ini Ilham sedang menyuapi Kenzo dengan sabar saat Kenzo menolak memakannya.
Mungkin kesadaran Kenzo disambut gembira oleh semua orang di rumah ini, kecuali Adri. Sejak mengetahui kalau papanya sedang menemani Kenzo di kamarnya, Adri jadi semakin membenci Kenzo. Walaupun Adri tahu Kenzo sedang sakit, tapi ia tak tahu tentang penyakit parah yang sedang diderita Kenzo.
Erlan dan ketiganya masuk ke dalam sambil mengucap salam. Salamnya pun dibalas oleh Ilham dan Kenzo. Berbeda dari biasanya, kali ini Ilham tersenyum kepada keempat sahabat anaknya itu. Itu pula yang membuat Kenzo ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST TIME
Teen Fiction"Mulai sekarang nama Adrian akan ditambah dengan Nugraha di belakangnya". Kata Ilham. "Tidak, aku tidak akan menerimanya. Dia bahkan bukan anak kandung papa". Kenzo meninggalkan Ilham sendiri di ruang tamu. Kenzo sudah muak dengan semua ini. Akank...