tiga puluh lima

1.8K 147 0
                                    

Dokter yang tadi menangani Devan sudah keluar. Ia memberikan senyuman sebelum memberitahu keadaan Devan saat ini.

"Gimana temen saya Dok?" tanya Erlan.

"Dia baik-baik saja, hanya kekurangan cairan. Tapi saya baru saja memberinya obat tidur. " jawab dokter itu.

"Nanti kalau infusnya sudah habis dia boleh pulang. Saya permisi dulu" lanjutnya.

Erlan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan dimana Devan sedang tertidur. Riani dan Dara menunggu di luar.

"Dar, kita ke ruangan Kenzo aja yuk. Gue mau liat dia" ajak Riani.

Dara hanya mengangguk setuju. Ia takut sebenarnya jika melihat seseorang yang koma. Apalagi ia mempunyai kenangan di masa lalu.

Sebenarnya Dara mempunyai seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Bahkan kakaknya rela memutuskan hubungannya dengan pacarnya karena Dara tidak suka dengan pacar kakaknya itu. Ia merasa pacar kakaknya adalah cewek cabe-cabean yang suka tebar pesona.

Namun saat kakaknya berada di kelas 10 SMA, dan Dara di kelas 9 SMP, kakaknya divonis mengidap penyakit leukimia. Hari-hari Dara saat itu terasa hancur, ia menolak percaya pada takdir. Ia berusaha selalu berpikir kakaknya akan sembuh, tapi lagi-lagi ia harus mengubur pikirannya itu. Dokter memvonis umur kakaknya tidak akan mencapai satu tahun lagi.

Prediksi tersebut salah, bahkan hanya dalam waktu 7 bulan, kakaknya sudah pulang kembali kepada Sang Pencipta. Setelah hampir satu minggu koma, kakaknya kembali membuka matanya tapi hanya untuk pamit kepada keluarganya kalau ia ingin menyerah dengan semua keputusan Tuhan. Hidup Dara hancur saat harus melihat kakaknya dipeluk bumi, ia bahkan tidak masuk sekolah satu minggu untuk menenangkan dirinya. Hingga sekarang ia berusaha menjadi gadis ceria yang masih belajar mengikhlaskan apa yang ia miliki tersebut.

Dara mengikuti langkah Riani. Langkahnya berhenti di depan ruangan bertuliskan ICU. Hanya dua orang yang diperbolehkan masuk dan itu harus menggunakan pakaian khusus. Dara dan Riani memakai pakaian yang diberikan oleh seorang suster dan mengikat rambutnya.

"Zo, ini gue Riani sama Dara dateng jengukin lo" kata Riani.

Dara bungkam. Air matanya lolos begitu saja, tangannya menutup mulut tak percaya. Isakan kecil keluar dari mulutnya.

"Lo bangun ya, kasian Devan sama Erlan nungguin lo bangun. Mereka sampe jarang makan dan tidur. Bahkan sekarang Devan lagi sakit." air mata Riani tak bisa ditahan.

"Gue keluar dulu Ri, gue nggak kuat" Dara berjalan keluar dengan tergesa-gesa. Ia melepas pakaian khususnya dengan cepat.

Riani mengikuti Dara yang berjalan keluar. Kemudian dia mendekati Dara yang sedang menangis di kursi tunggu.

"Hiks... Hiks... Gue nggak kuat liat Kenzo, itu bikin gue inget sama Kak Kevan" kata Dara.

"Walaupun gue nggak sedeket itu sama Kenzo, tapi gue sedih kalo harus liat kayak tadi" lanjutnya.

"Kita harus berdoa demi kesembuhan dia, kita nggak boleh nunjukin kesedihan kita di depan dia." nasihat Riani.

Dara kemudian mengusap air matanya. Memang benar apa yang dikatakan gadis tangguh di sebelahnya itu. Jika mereka semua larut dalam kesedihan, bagaimana dengan Kenzo? Dengan siapa ia akan bergantung?

-----

"Ma, Kenzo mohon izinin Kenzo tinggal sama Mama"

"Nggak Nak, kamu harus tinggal sama Papa dan Kakak kamu. Mereka pasti lagi nungguin kamu, kamu harus pulang."

"Kenzo capek Ma, Kenzo capek nahan semua sakit di badan Kenzo. Izinin Kenzo tinggal sama Mama ya?"

"Enggak Kenzo. Mama mau kamu lanjutin masa depan kamu dulu. Ini belum waktunya kamu disini. Kamu pulang ya"

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang