tiga belas

3.3K 239 7
                                    

"Papa?"

"Kenzi, kamu kenapa kok bisa ada disini?" tanya Ilham.

"Papa sendiri ngapain disini?"

"Adri sedang kambuh dan dia sangat membutuhkan papa disampingnya"

"Kenzo juga sakit Pa, dia lebih butuh papa"

"Apa-apaan kamu bawa anak itu? Paling dia cuma akting aja"

"Papa tega ngomong gitu sama anak sendiri. Adri cuma asma Pa, sedang kan Kenzo... "

"Sudahlah kalau kamu masih mau bahas anak itu kamu sebaiknya pergi dari sini. Papa harus ke dalam menemui Adri".

Ilham meninggalkan Kenzi yang masih terpaku di tempatnya. Hatinya serasa ditusuk dengan pisau berkali-kali.

Flashback off

"Kamu tidur aja ya, papa mungkin lagi sibuk makanya belum pulang"

Kenzo menarik selimutnya dan mencoba untuk tidur. Sudah hampir satu jam Kenzo mencoba tidur tapi tetap tidak bisa. Walaupun matanya terpejam tapi ia tak benar-benar tidur. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya karena Kenzi kebetulan tidak ada di kamarnya.

Sambil mendorong tiang infusnya, Kenzo berjalan di lorong rumah sakit. Tak jarang juga ia menyapa beberapa staff dan keluarga pasien yang sedang duduk di kursi depan ruang rawat.

Kakinya tiba-tiba kaku saat melihat seorang wanita yang dikenalnya keluar dari salah satu ruang rawat inap. Dengan memberanikan diri ia berjalan mendekati pintu yang sedikit terbuka dimana wanita itu keluar. Kenzo bisa melihat seorang pria paruh baya sedang menggenggam tanga seorang lelaki yang terbaring lemah dengan masker oksigen.

Hati Kenzo saki melihat semua itu. Air matanya jatuh begitu saja tanpa bisa dikontrol. Denga air mata masih mengalir, Kenzo menarik tiang infusnya dan beranjak pergi dari sana. Banyak pasang mata yang melihat Kenzo menangis.

Kenzo sekarang sudah berada di taman rumah sakit dan masih dengan perasaan yang campur aduk dalam hatinya. Ada rasa marah, kecewa, cemburu dan itu semua jadi satu.

Dengan pakaian rumah sakit yang tidak terlalu tebal, Kenzo masih bertahan di dinginnya malam ini. Dengan pandangan kosong menerawang ke depan.

Tiba-tiba saja dia beranjak dari kursi itu. Melepas paksa infus yang tertancap di tangan kirinya. Walaupun darah sudah mengalir, tapi dirinya tak menghiraukan hal itu karena hatinya jauh lebih sakit.

Kenzo berjalan gontai keluar dari rumah sakit. Dirinya begitu hancur saat ini, maka itu ia tak ingin bertemu dengan siapa-siapa. Kenzo terus berjalan menuju apartemennya.

Kenzo duduk di lantai kamarnya yang dingin tanpa alas apapun. Air mata terus mengalir kala ia mengingat bagaimana ayahnya sendiri menyayangi saudara tirinya melebihi sayangnya padanya.

-----

Kenzi masuk ke ruang rawat adiknya, tapi wajahnya berubah panik saat matanya tak menemukan sosok adiknya. Kenzi segera mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Erlan.

Setelah itu ia menuju lantai satu untuk mencari informasi barangkali ada yang melihat kemana Kenzo pergi. Setelah bertanya pada security yang ada, Kenzi tahu bahwa Kenzo benar-benar pergi dari rumah sakit. Kenzi benar-benar khawatir saat ini, ia hanya bisa berdoa untuk keselamatan adiknya.

Kenzi hanya menunggu di ruang rawat Kenzo karena dirinya tidak mungkin pergi mengendarai mobil sendiri saat kondisinya sedang kacau. Dengan harap-harap cemas ia menunggu kabar dari Erlan saja.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang