tiga puluh satu

2.4K 225 7
                                        

Sudah hampir satu jam upacara bendera belum juga usai. Padahal sudah banyak siswa-siswi yang mengeluh. Apalagi matahari sedang terik.

"Selamat pagi anak-anak". Sapa Pak Dodi selaku waka kesiswaan.

"Pagi Pak". Jawab semua serentak.

"Saya akan mengumumkan ranking paralel di tahun ini".

Semua siswa merapalkan doa. Berharap namanya dipanggil dan bisa maju ke depan.

"Ranking pertama dari kelas sepuluh adalah Adipati Kenzo Nugraha dari kelas X-IPA 1"

Sorak riuh teman sekelas Kenzo menggema di seluruh lapangan.

"Udah ganteng, pinter lagi"

"Idaman banget deh"

"Aduh imam yang baik"

Banyak celoteh dari teman seangkatan Kenzo yang berbeda kelas.
"Yang kedua, Salsabilla Nur Fatimah dari kelas X-IPA 5"

Sorakan kelas tersebut tak kalah keras. Karena mereka ikut bangga dengan pencapaian teman mereka.

"Yang ketiga, Erlando Satria Pamungkas"

"Ternyata kelas kita banyak yang jenius ya". Kata Devan berkata pada Rangga di belakangnya.

Setelah itu Pak Dodi melanjutkan pengumuman itu sampai kelas 12 IPS.

"Semua yang saya panggil tadi, harap maju ke depan". Suruh Pak Dodi.

Setelah itu semua peraih ranking paralel itu maju dengan senyuman bangga. Bapak Kepala Sekolah kemudian memberikan sebuah kartu SPP yang sudah dilunasi pembayarannya untuk satu tahun ke depan.

Setelah acara itu selesai, semua kembali ke tempat masing-masing. Upacarapun dibubarkan.

-----

Huek....

Huek....

Kenzo memuntahkan semua isi perutnya di toilet sekolah. Sedangkan Devan tidak merasa jijik untuk mengurut tengkuk sahabatnya itu.

"Lo kenapa sih muntah-muntah terus. Perasaan lo tadi juga nggak sarapan deh". Titah Devan.

"Bawel". Ketus Kenzo yang masih muntah walaupun hanya cairan bening saja yang keluar.

"Yeh si es mah walaupun sakit tetep aja galak".

"Udah Dev, nggak usah diurut. Udah selesai kok". Kata Kenzo.

Devan melepaskan tangannya dari tengkuk Kenzo. Membiarkan Kenzo membersihkan mulutnya dan berkumur.

Mereka berdua berjalan keluar toilet beriringan. Sebenarnya Devan sangat khawatir kalau Kenzo tiba-tiba jatuh karena wajah Kenzo sekarang sangat pucat. 

Uhuk... Uhuk....
Uhuk... Uhuk...

Kenzo refleks menutup mulutnya agar virusnya tidak menyebar. Saat ia membuka tangannya, ada bercak merah disana.

"Zo, itu darah". Panik Devan.

"Dev, gue nggak kuat".

Kenzo pingsan. Devan yang panik segera berteriak meminta bantuan. Beruntunglah saat itu Erlan keluar dari kelas. Karena posisi Kenzo dan Devan tidak jauh dari kelas mereka, jadi Erlan dengan cepat menggendong Kenzo menuju mobilnya.

"Kita bawa Kenzo ke rumah sakit aja". Kata Erlan.

"Iya". Jawab Devan.

Erlan mengemudi dengan kecepatan tinggi. Panik sangat menguasainya, membuat ia tak memikirkan akibat jika ia berkendara dengan sangat cepat.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang