dua belas

3.1K 226 1
                                    

Kenzo keluar kamarnya dengan pandangan yang masih kosong. Ia mengganti pakaiannya menjadi kaos putih polos dibalut jaket hitam. Dirinya berjalan menyusuri jalan menuju keluar komplek perumahannya. Langkah gontainya terhenti saat ada dua cowok menghadangnya.

Satu pukulan akan mengenai wajah Kenzo, tapi dengan cekatan ia menghindar. Kenzo berpikir bahwa ini cara untuk melampiaskan kemarahannya saat ini. Perkelahian tidak bisa dihindari lagi, saling menyerang adalah hal yang mereka bertiga lakukan. Walaupun hari masih pagi, tapi tidak ada seorangpun yang lewat.

Akhirnya Kenzo memenangkan perkelahian itu dengan kedua tangan kosongnya. Ia menidurkan badannya di atas trotoar jalan, melepaskan sejenak kesakitan di tubuhnya.

Setelah itu ia beranjak pulang dengan kondisi wajah yang babak belur dan bibir yang sobek. Dengan sekuat tenaga ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia tak menyadari kalau ada Steve yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

Steve segera menyusul Kenzo yang masuk ke kamar. Karena pintu tidak dikunci, Steve bisa langsung masuk. Ia kaget saat melihat keadaan kamar Kenzo sangat berantakan. Kenzo juga terlihat tidak seperti biasanya dengan beberapa lebam di wajahnya.

"Kenapa kamu? Ayo ke rumah sakit sekarang" kata Steve.

"Ayo! Kamu harus menurutiku kalau kamu mau tetap disini". Lanjutnya.

"Kak.. "

Beberapa detik kemudian hingga Kenzo membuka lagi suaranya.

"Kak, kapan aku bisa pergi dari sini? Kapan aku bisa ke London? Kalo bisa kapan aku bisa nyusul mama Kak? Hiks... Hiks"

Steve merasa bersalah karena sikapnya selama ini pada Kenzo. Dirinya berdiri mematung di depan Kenzo. Melihat tatapan anak itu yang sayu membuat hatinya merasa bersalah. Selama ini caranya memperhatikan Kenzo sudah salah.

"Ada apa dengan kamu? Bukannya kamu tadi baik-baik saja? Apa ada hubungannya dengan Adri?"

"..."

"Oke kalau kamu nggak mau jawab sekarang ikut aku ke rumah sakit". Steve mencoba menegakkan tubuh Kenzo. Tapi saat Kenzo sudah berdiri, tubuhnya terasa lemas. Semuanya menjadi gelap dan dia pingsan di pelukan Steve.

Steve menggendong tubuh Kenzo menuju mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Dengan kecepatan diatas rata-rata akhirnya Steve sampai di rumah sakit Niko. Kenzo langsung dibawa ke ruang UGD dan Niko yang menanganinya.

Steve selalu berdoa saat menunggu kabar tentang kondisi Kenzo. Perasaan bersalah itu kembali muncul. Tak lama kemudian Niko keluar.

"Gimana keadaan Kenzo Om?" Steve berlari menghampiri Niko.

"Kamu tahu apakah Kenzo sedang ada masalah?"

"Sejak dua hari kemarin dia nggak mau makan dan selalu mengurung diri di kamar"

"Tepat apa yang saya tebak. Dia sudah bolos meminum obatnya. Itulah yang menyebabkan Kenzo seperti ini."

"Obat apa maksudnya Om?"

"Sebenarnya dia tidak ingin keluarganya tahu tentang penyakitnya tapi Om percaya sama kamu. Sebenarnya Kenzo menderita kanker hati."

Seketika itu pertahanan Steve runtuh. Dirinya terduduk lemas di lantai. Niko hanya bisa memberikan sedikit kekuatan melalu tepukan halus di pundak Steve. Setelah itu Niko meninggalkan Steve karena dia rasa Steve membutuhkan waktu sendiri.

Steve terus menangis menyesali apa yang terjadi dengan adik sepupunya itu. Kenzo mengidap penyakit mematikan tapi ayahnya sendiri bahkan tidak mengetahuinya. Masih sedikit terisak akhirnya Steve menghubungi Kenzi. Setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Kenzi, Steve beranjak menuju ruang rawat Kenzo saat ini.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang