tiga puluh delapan

2.1K 198 17
                                    

"Beberapa tulang rusuknya patah dan membuat paru-paru Adri rusak karena mengalami benturan yang sangat keras. Kami baru bisa memastikan keadaannya saat ia sudah sadar nanti" kata Niko.

"Sedangkan keadaan Kenzo yang sangat parah. Hanya keajaiban yang bisa menolongnya." Niko sedikit menunduk karena tak tahan melihat raut khawatir di wajah semua orang di hadapannya.

"Jika kerusakan pada paru-paru Adri parah, kita harus mendapatkan donor." kata Niko lagi.

Ilham terdiam cukup lama. Ia menatap semua orang yang ada disana. Luna, Kenzi, Levin, Andien, Erlan, dan Devan, semuanya menangis disana.

"Selamatkan Adri." putus Ilham.

Bugh..

Satu pukulan mendarat di pipi Ilham.

"Om mau ngerelain Kenzo pergi?! Iya! Maksud Om, om akan donorin paru-paru Kenzo buat Adri?!" tanya Devan marah.

Ilham hanya menunduk diam.

"Om bahkan mau pertahanin orang yang mau ngebunuh Kenzo?!"

"Apa maksud kamu?" Tanya Ilham lirih.

"Om tau?! Adri yang udah bikin Kenzo koma selama seminggu!" Devan sama sekali tak menurunkan nada bicaranya.

"Apa om masih nggak percaya?! Saya nemuin gantungan tas Adri yang jatuh, saya tau itu punya Adri karena itu sama kayak punga Andien!" lanjutnya.

"Apa Om perlu bukti?!"

Devan melempar ganci tersebut di depan Ilham. Air matanya masih mengalir membasahi pipinya. Ilham dengan pelan mengambil ganci itu. Ia melirik kearah Andien yang membawa tasnya dengan gantungan yang sama seperti yang ia pegang.

"Saya akan menunggu keajaiban itu." kata Ilham lalu berjalan meninggalkan semuanya disana.

Setelah kepergian Ilham, Erlan masuk ke dalam ICU. Ia bisa melihat brankar Kenzo dan Adri bersebelahan. Senyum tipis terbit di wajah Erlan. Erlan duduk di kursi yang ada diantara brankar Kenzo dan Adri.

"Zo, lo pasti marah-marah kalo tau lo sekamar sama Adri," kata Erlan.

Tak ada jawaban dari cowok di depannya yang mengenakan masker oksigen tersebut. Kenzo mendapat beberapa jahitan di pelipisnya. Maka dari itu, ada perban di kepalanya. Tapi sekarang Erlan sudah menyiapkan hatinya untuk semua kemungkinan yang mungkin terjadi. Mungkin Kenzo akan lebih lama memejamkan matanya, mungkin Kenzo akan melupakannya saat ia bangun nanti. Karena ada kemungkinan gegar otak karena benturan yang keras di kepala Kenzo.

"Gue percaya sama keajaiban, walaupun persentasenya sangat kecil tapi pasti masih ada," kata Erlan sambil memegang selimut Kenzo.

"Gue yakin lo pasti akan bangun. Gue akan tunggu lo sampe bangun walaupun setahun lamanya. Gue pasti akan tunggu lo."

"Lo nggak elite banget sih, pake kecelakaan bareng Adri lagi. Kenapa nggak kecelakaan sendiri aja sih?"

"Gue jadi cerewet banget ya? Ya emang gue kayak gini Zo." kekeh Erlan sambil mengusap air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

"Gue udah biasa kok liat lo kayak gini, jadi lo udah nggak bisa lagi bikin gue nangis bombay kayak cewek abis putus sama pacarnya."

"Bentar ya Zo, gue mau panggil Devan dulu. Bagaimanapun dia harus liat lo, walaupun dia pasti pingsan liat kondisi lo kayak gini."

Erlan keluar dari ruangan itu, ia mengajak Devan untuk masuk kembali. Walaupun awalnya Devan menolak, tapi akhirnya ia ikut masuk.
Kaki Devan terasa kaku saat pertama masuk ke ruangan Kenzo. Ia membeku melihat keadaan sahabatnya itu. Devan terjatuh dengan lutut sebagai tumpuannya. Erlan yang melihat itu segera membantu Devan berdiri, tapi Devan menepis tangan Erlan. Erlan hanya bisa melihat kerapuhan Devan.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang