Keesokan harinya Kenzo bangun sekitar pukul tujuh, karena ia sekarang sudah tidak diizinkan sekolah formal. Ilham sudah mendaftarkan Kenzo untuk mengikuti home schooling karena kondisinya sekarang yang memaksa. Sebenarnya Kenzo menolak, tapi karena ayahnya itu sekarang tidak mau dibantah, jadi ia hanya menyetujuinya.
Kenzo menekan tombol yang berada di atas nakasnya untuk memanggil Dinda. Karena ia sekarang berada di kamar lantai satu, jadi ia harus menyuruh Dinda mengambilkan pakaiannya di kamarnya.
"Iya, ada yang bisa saya bantu Den?" tanya Dinda ramah.
"Sebenernya gue penasaran banget sama lo, umur lo berapa sih?" tanya Kenzo.
"Kenapa?" tanya Dinda balik.
"Lo keliatan masih remaja,"
"Saya seumuran sama kakaknya Den Kenzo,"
"Jangan panggil gue gitu dong, panggil Kenzo aja bisa kan? Lagian lo sama Adri juga seumuran,"
"Baiklah Kenzo,"
"Tapi kalo lo manggil gue kayak gitu kok kedengerannya lo nantang banget ya sama gue," pikir Kenzo.
"Gimana sih maunya! Tadi katanya gue harus panggil lo Kenzo, sekarang malah salah. Capek gue!" Dinda marah.
"Lo galak banget sih jadi cewek, lo harus melayani gue tau nggak!" bantah Kenzo.
"Gue juga sebenernya ogah kerja disini. Tapi gara-gara nyokap gue lagi potong uang jajan gue dua bulan, jadi gue harus kerja biar bisa belanja," bibir Dinda mengerucut.
"Kenapa nyokap lo tega?"
"Gara-gara gue pake mobil sport kakak gue trus gue nabrak trotoar dan mobilnya rusak. Jadi gue harus tanggung jawab buat benerin tuh mobil dengan merelakan uang jajan gue,"
"Ooh jadi lo sebenernya kaya? Tapi kenapa lo nggak kuliah?"
"Gue break dulu setahun buat tentuin mau kuliah dimana. Soalnya gue bingung banget dan takut salah langkah,"
"Yaudah, ambilin baju gue dikamar," suruh Kenzo.
"Baju dalem juga? Ogah gue," bantah Keyna.
"Kaos doang elah, sama celana pendek."
"Iya, tunggu bentar."
Sepeninggal Dinda, Kenzo berusaha untuk berdiri. Usahanya gagal karena setiap ia sudah berdiri dengan sempurna, pandangannya jadi memburam.
"Ngapain lo?" tanya Dinda yang baru datang saat melihat Kenzo jongkok di lantai.
"Pusing banget gue," jawab Kenzo sambil memijat pelipisnya.
"Lo mau kemana emangnya?"
"Gue pengen keluar gitu cari udara seger," jawab Kenzo sambil mendongak.
"Jangan deh, kemarin abis hujan. Pasti masih dingin banget di luar," cegah Dinda.
"Gue bosen disini terus, kayak tahanan,"
"Yaudah gue anterin tapi pake kursi roda. Trus lo harus pake jaket tebel sama selimut," tutur Dinda.
"Iya deh,"
"Bentar, gue ambil jaket dulu di kamar lo," Dinda beranjak menuju kamar Kenzo.
Sedangkan Kenzo sedang memakai kaos dan celananya. Ia sedikit kesulitan saat harus berdiri, tapi ia bisa.
"Nih pake jaketnya,"
Kenzo tersenyum saat melihat jaket itu, mengingatkannya pada sekolah. Jaket favoritnya saat ia masih bisa bersekolah bersama sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST TIME
Roman pour Adolescents"Mulai sekarang nama Adrian akan ditambah dengan Nugraha di belakangnya". Kata Ilham. "Tidak, aku tidak akan menerimanya. Dia bahkan bukan anak kandung papa". Kenzo meninggalkan Ilham sendiri di ruang tamu. Kenzo sudah muak dengan semua ini. Akank...