empat puluh

1.9K 173 14
                                    

Saat ini, Adri, Luna, dan Ilham sedang duduk di ruang keluarga. Dari wajah Ilham sudah menggambarkan keseriusan dan kekecewaan.

"Papa kecewa sama kamu," kata Ilham kepada Adri.

"Maksud papa?" Adri bingung.

"Kamu mencoba mencelakai adik kamu? Iya?!"

Adri masih menunduk diam tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

"Papa masih sabar nunggu kamu buat jujur tentang masalah ini. Papa sengaja nunggu sampai Kenzo sadar, supaya dia tahu siapa sebenarnya kakaknya," kata Ilham dengan nada datar tapi dingin.

"Maafin aku Pa, waktu itu aku khilaf," Adri berlutut di bawah kaki Ilham.

"Seharusnya kamu minta maaf kepada Kenzo, bukan kepada Papa," jawab Ilham dingin.

"Kamu ceritain kenapa kamu bisa melakukan semua itu kepada Kenzo," suruh Ilham.

"Waktu itu nggak tau kenapa tapi rasanya aku benci banget sama dia. Dia punya sahabat yang beneran sayang sama dia, sedangkan temen aku cuma ada waktu aku lagi seneng. Kenzo punya pacar yang bisa bikin bahagia, sedangkan pacar aku belum bisa buat aku merasa bahagia. Kenzo punya keluarga yang sangat menyayanginya. Dia punya kakek nenek yang pengertian, semua permintaannya di kabulin. Aku iri sama semua itu Pa,"

"Hanya itu alasanmu sampai-sampai membuat Kenzo koma seminggu?!"

"Maafin aku Pa, waktu itu aku bener-bener khilaf,"

"Sekarang Papa minta kamu minta maaf ke Kenzo,"

"Iya Pa, sekarang aku pergi ke rumah sakit,"

"Mau mama temenin?" sahut Luna.

"Nggak usah Ma, aku sama Pak Didi aja,"

"Yaudah, hati-hati ya,"

"Iya, aku pamit dulu,"

Adri mencium tangan Mama dan Papanya. Walaupun sangat berat untuk mengatakan kata maaf kepada Kenzo, tapi mau bagaimana lagi karena papanya sudah mengetahui perihal masalah itu. Dengan langkah ragu, Adri berangkat menuju rumah sakit.

-----

"Kenzo, maafin gue ya," kata Adri to the point setelah masuk ke kamar Kenzo.

"Buat apa? Buat kesalahan lo selama ini?" tanya Kenzo sinis.

"Yang berantem sama lo di gudang itu, suruhan gue,"

Kenzo tersentak dengan pengakuan Adri tersebut. Bagaimana bisa dia melakukan semua itu kepada adiknya sendiri.

"Jadi sekarang lo mau maafin gue nggak?" tanya Adri.

"Lo berhak kok benci gue, lo mau mukul gue juga terserah. Asalkan lo mau maafin gue," lanjutnya.

"Mungkin gue harus maafin lo. Karena gue nggak mau kalo nanti gue pergi, gue nggak tenang lagi disana," jawab Kenzo dengan pandangan kosongnya.

"Maksud lo apa?"

"Ya, lo tau kan penyakit gue makin parah, jadi mungkin umur gue juga nggak akan lama lagi,"

"Lo nggak pengen gitu berjuang buat Papa, Mama?" tanya Adri.

Jujur, sekarang hati Adri terasa teriris dengan kata-kata Kenzo tadi. Walaupun ia membenci Kenzo tapi hati nuraninya masih terbuka untuk menyayangi Kenzo sebagai adiknya. Mungkin sekarang ia harus mencoba untuk menerima Kenzo.

"Gue malah pengen kuliah dulu, kerja, nikah, dan punya keluarga. Tapi kayaknya gue nggak bisa bertahan selama itu. Gue tau batasan tubuh gue sendiri, tiap hari gue rasa tubuh gue makin rusak. Nggak ada yang membaik di dalem tubuh gue," jelas Kenzo.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang