tiga puluh enam

2K 164 5
                                    

Keyna duduk di sebuah ayunan yang berada di taman tak jauh dari rumah Kenzo. Sebenarnya Keyna ingin ke rumah Kenzo, tapi ia ragu jika harus bertemu lagi dengan Kenzo. Apalagi pertemuannya tadi pagi di sekolah, yang membuatnya sekarang lebih takut bertemu dengan Kenzo.

Tapi Keyna lebih tak sanggup untuk meninggalkan Kenzo tanpa pamit. Bagaimanapun Kenzo pernah menempati hati Keyna. Setelah mengumpulkan semua keberaniannya, sekarang Keyna mulai melangkah menuju rumah Kenzo yang tak jauh darisana. Ia harus pamit secara baik-baik kepada Kenzo.

Sesampainya disana, dengan sedikit ragu Keyna memencet bel sebanyak 2 kali. Bi Anti keluar membukakan pintu untuk Keyna.

"Eh, mau cari Bro Kenzo ya?" tanya Bi Anti.

"Iya, Bi," kata Keyna sopan.

"Langsung ke kamarnya saja kalau begitu" suruh Bi Anti.

"Apa nggak sebaiknya Bibi yang panggil Kenzo aja kesini?" tawar Keyna.

"Tapi bagaimana ya, Bro Kenzo sedang nggak enak badan. Takutnya dia masih lemes Mbak"

"Yaudah kalo begitu Keyna ke kamarnya aja. Bibi ke dapur aja nggak apa-apa."

Setelah itu Keyna berjalan kearah kamar yang tadi ditunjuk Bi Anti. Keyna mengetuk pintu itu sekali, tapi tak kunjung ada jawaban dari dalam. Hingga ia mencoba membuka pintu yang tak terkunci itu dengan sangat pelan.

Setelah pintu terbuka, mata Keyna bisa melihat seorang lelaki yang sedang bersandar di kepala ranjang dengan selimut yang menutup kakinya sambil mengusap sebuah foto yang ada di pangkuannya. Air matanya juga mengalir seiring dengan apa yang ia ucapkan.

"Ma, kapan Mama jemput Kenzo? Kenzo udah capek disini Ma, ngerasain sakit sendirian tanpa bisa membagi rasa sakit ini ke siapapun."

Andien masih mendengarkan semua itu di ambang pintu kamar Kenzo.

"Makasih Ma, karena sekarang Papa udah sayang lagi ke Kenzo. Tapi buat apa Kenzo hidup lebih lama lagi kalo cuma nyusahin Papa sama Kak Kenzi?"

"Apa Mama nggak bisa jemput Kenzo sekarang? Kenzo beneran udah capek Ma. Bukannya dulu mama udah janji kalo Kenzo udah nggak kuat Mama akan jemput Kenzo?"

"Sekarang Kenzo udah nggak kuat Ma, please jemput Kenzo sekarang!"

Brak...

Keyna membanting pintu itu keras. Ia sudah tak tahan atas apa yang dari tadi dikatakan Kenzo. Keyna berlari memeluk Kenzo dengan isakan tangisnya. Begitu juga dengan Kenzo, cowok itu juga menangis.

"Kenzo, please jangan ngomong kayak gitu lagi."

"Kenapa Key? Kenapa?!"

"Lo masih punya masa depan panjang Zo, lo nggak boleh pesimis."

"Bahkan lo aja ninggalin gue, padahal lo bilang lo sayang sama gue."

"Please Zo, ini juga bukan kemauan gue. Gue janji akan ngunjungin lo setahun sekali saat liburan."

"Ternyata bener apa kata Fikri. Lo bisa manggil gue dengan sebutan lo-gue."

Keyna melepaskan pelukannya saat tawa Kenzo terdengar.

"Hah, nggak kok aku tadi kelepasan."

"Nggak usah ditahan. Pake lo-gue aja biar nggak canggung."

"Oke kalo itu mau lo."

Mereka berdua hanyut dalam candaan. Mungkin sekarang Kenzo sudah bisa menerima apapun keadaan Keyna. Walaupun harus berada jauh dari Keyna adalah hal yang paling sulit dilakukan oleh Kenzo. Butuh waktu lama untuk bisa terbiasa dengan ketidakhadiran Keyna.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang