enam puluh dua

817 35 0
                                        

Tepat hari ini Fahmi mengikuti olimpiade fisika untuk mewakili sekolahnya. Sudah satu jam yang lalu ia duduk di sebuah ruangan bersama peserta lainnya sambil mengerjakan soal yang sangat rumit di hadapannya. Dan sudah dari setengah jam yang lalu ia merasakan dadanya sesak dan kepalanya sakit.

Tapi hal itu tak menyurutkan niatnya untuk memenangkan olimpiade ini. Setidaknya masih ada satu jam lagi yang ia harus lewati untuk menyelesaikan semuanya. Tetapi Fahmi merasa ia tidak sanggup untuk melanjutkan hingga satu jam kedepan.

Oleh karena itu ia sangat cepat dalam mengerjakan. Ia akan keluar dalam 30 menit lagi. Hanya itu yang ada di fikirannya sekarang.

Sementara di luar ruangan, Dahlia sedang duduk dengan cemas menunggu Fahmi keluar. Ia bersama sopir pribadinya karena ia takut terjadi apa-apa jika ia sendiri yang mengemudi saat hatinya sedang tidak tenang.

Tadi pagi Fahmi berangkat sekolah bersama Darriel. Lalu menuju ke tempat olimpiade bersama Kepala Sekolah. Tetapi saat jam baru menunjukkan pukul 07.30, Dahlia dihantui rasa khawatir. Oleh karena itu ia meminta tolong sopirnya untuk mengantarkannya ke tempat Fahmi olimpiade.Dahlia terus berdoa untuk keadaan Fahmi supaya baik-baik saja.

Di ruangannya, Fahmi sudah menyelesaikan soal yang diberikan. Dan ia sudah sangat yakin dengan semua jawabannya.

"Pak," Fahmi mengangkat tangannya.

"Iya ada apa?" tanya pengawas.

"Saya sudah selesai, bolehkah saya keluar?" tanya Fahmi dengan sisa tenaganya.

"Apa kamu yakin dengan semua jawabanmu? Waktunya masih cukup untuk meneliti semuanya,"

"Saya sangat yakin dengan jawaban saya." jawab Fahmi.

"Baiklah, kamu boleh keluar."

Setelah itu Fahmi mengambil tasnya di depan lalu keluar dari ruangan. Ia terus memegangi dadanya yang begitu sesak. Seolah oksigen di sekitarnya sangat terbatas.

Dahlia yang melihat Fahmi keluar, langsung menghampiri anaknya tersebut.

"Kamu kenapa? Apa yang sakit?" Dahlia sangat khawatir.

"Sesak Mi," jawab Fahmi.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya, Mami bantu." kata Dahlia dijawab anggukan oleh Fahmi.

"Pak Aji, tolong bantu saya bawa Fahmi ke mobil ya. Trus kita ke rumah sakit,"

"Baik  Bu,"

Pak Aji dan Dahlia membantu Fahmi menuju mobil. Sepanjang perjalanan, Dahlia hanya bisa menenangkan Fahmi yang terus memegangi dadanya.

"Sa-kit Mi," rintih Fahmi dengan air mata yang terus mengalir.

"Kamu tenang ya biar sakitnya ilang." Dahlia berusaha menahan air matanya yang hendak mengalir.

"Mami akan terus ada di sanping kamu. Kamu harus kuat," Dahlia terisak pelan.

"Bu, saya percepat mobilnya ya?" Pak Aji meminta izin karena ia khawatir dengan keadaan anak majikannya tersebut.

"Rapi jangan terlalu ngebut Pak,  bahaya."

"Baik Bu,"

Sesampainya di rumah sakit, Fahmi langsung di tangani oleh Niko. Sementara di luar, Dahlia terus berdoa sambil sesekali menghapus air matanya.

"Oxygen mask!" Niko memintanya kepada suster dengan nada tinggi. Jujur, ia sangat khawatir dengan keponakan dari adik iparnya.

"Cek tanda vitalnya!"

Semua panik saat tiba-tiba jantung Fahmi berhenti. Dengan sangat kesetanan Niko melakukan tindakan. Ia tidak mau kehilangan nyawa Fahmi. Sampai akhirnya usaha Niko berhasil. Fahmi kembali.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang