empat puluh enam

1.4K 117 1
                                    

"Woy! Bengong aja," kaget Andien pada Keyna.

Sekarang Keyna bersahabat dengan Andien, Dara, dan juga Riani. Setiap hari ia habiskan dengan mereka bertiga.

"Lagi mikirin Kenzo kan?" goda Dara.

"Pastilah, apa lagi coba?" sahut Riani.

"Udah seminggu ini dia nggak ada kabar. Gue udah coba ke rumahnya tapi sepi banget, cuma ada supirnya sama pembantu. Gue pernah ketemu sama Kak Adri tapi dia nggak mau ngomong apa-apa," lanjutnya dengan wajah lesu.

"Lo tetangganya kan Ndien? Masa lo nggak tau sih?" tanya Dara.

"Setiap gue berangkat sekolah juga rumahnya kelihatan sepi. Kadang aja gerbangnya kebuka kalo kakaknya pergi atau pulang kuliah,"

"Lo udah nanya sama Erlan belum?" tanya Riani kepada Keyna.

"Udah, tapi Erlan sama Devan nggak mau jawab. Mereka kayaknya tau dimana Kenzo," melas Keyna.

"Gini amat ya kangen sama pacar. Untuk Devan gue nggak pernah pergi jauh," kata Dara.

"Kenzo bukan pacar gue. Katanya kalo kita pacaran nanti bisa putus lagi," Keyna manyun.

"Salah lo sendiri lah, ngapain lo putusin dia? Kalo gue sih mending LDR walaupun kangen berat," tutue Riani.

"Idiihh kayak pernah aja," ejek Andien.

Mereka semua tertawa lepas. Meninggalkan sejenak permasalahan yang mengganggu.

-----

Tak ada diantara kedua cowok itu yang bersemangat untuk sekolah. Keduanya masih saling diam walaupun berada dalam satu mobil sejak setengah jam yang lalu. Apalagi lalu lintas sedang macet, menambah kesan dingin dan canggung diantara keduanya.

Tin... Tin...

Mobil disebelah mobil yang mereka kendarai membunyikan klaksonnya. Erlan menurunkan kaca mobilnya.

"Lan, kita harus bicara," kata Riani dari mobil sebelah.

Erlan menutup kembali kaca mobilnya kemudian melajukannya saat mobil di depannya sudah berjalan. Mobil Erlan mengikuti mobil yang dikendarai Riani. Kedua mobil itu berhenti di sebuah kafe yang lumayan ramai.

"Gue mau ngomong sama lo masalah serius," kata Riani to the point.

Biasanya ia memanggil Erlan dengan kata aku-kamu tapi sekarang lo-gue.

"Dimana Kenzo?" tanya Riani menatap tajam.

"Lo nggak usah nutupin dimana Kenzo. Gue tau kalo lo sama Devan tau keberadaan Kenzo," sesekali Riani melirik Devan yang duduk melamun disebelah Erlan.

"Maafin gue, tapi ini buat kebaikan kalian semua," jawab Erlan.

"Kebaikan apa maksud lo? Dengan nggak ada kabarnya Kenzo, Keyna jadi murung dan nggak fokus. Lo tau kan bentar lagi ujian?"

"Justru kalo gue bilang dimana Kenzo, bisa-bisa Keyna malah nyusulin dia. Keyna pernah bilang kalo dia nggak akan jauh-jauh dari Kenzo," jawab Erlan.

"Tapi nggak seharusnya lo bohong sama gue,"

"Gue nggak bisa ngasih tau dimana Kenzo, kalo Devan ada disini. Dia akan maksa gue buat temuin Kenzo kalo dia tau dimana Kenzo. Tapi gue sebenernya tau keberadaan Kenzo dari Kak Adri," jelas Erlan sambil sedikit berbisik.

"Nanti gue chat lo," lanjut Erlan.

Erlan berdiri dari duduknya sambil menarik tangan Devan. Ia memberikan senyumannya kepada Riani. Riani hanya bisa membalasnya.
Erlan memasuki mobilnya yang bergerak menuju rumahnya. Sebenarnya selama tidak ada Kenzo, Devan tinggal di rumah Erlan. Orang tua Devan bingung harus melakukan apa karena Devan tidak pernah mau bicara, Devan hanya mengurung diri di kamar sepanjang hari. Maka dari itu, orang tua Devan meminta bantuan kepada Erlan. Sebenarnya Erlan yang disuruh menginap di rumah Devan, tapi Erlan memutuskan untuk membawa Devan kerumahnya. Lagipula orang tua Erlan sedang si luar kota untuk waktu yang cukup lama.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang