empat puluh sembilan

1.5K 108 4
                                    

Fahmi menuruni tangga dengan cepat karena ia sudah telat. Tetapi suara dari arah ruang makan menghentikan langkahnya.

"Fah, sini makan dulu," itu adalah suara Fara.

Fahmi hanya melirik sekilas ke arah sana lalu melanjutkan langkahnya. Darriel hanya bisa diam melihat respon yang ditunjukkan Fahmi kepada Fara. Darriel masih belum berani untuk berbicara dengan Fahmi karena takut Fahmi masih marah.

Fahmi duduk di halte untuk menunggu bus. Ia sengaja menggunakan bus ke sekolah karena tak mau satu mobil dengan kembarannya. Apalagi sekarang masih berperang dengan ayahnya.

Bus yang ditunggu akhirnya datang, dengan langkah pasti ia berjalan memasukinya. Di dalam sana banyak terlihat anak seusianya yang juga berangkat ke sekolah. Fahmi duduk di kursi paling belakang karena hanya itu yang masih kosong. Dalam perjalanan ia terus melihat ke arah jendela, mengamati kota Jakarta di pagi hari.

Akhirnya bus yang di tumpangi Fahmi berhenti di halte depan sekolahnya. Fahmi keluar dari bus, tapi tiba-tiba ia melihat seorang cewek berseragam seperti dirinya yang menyeberang tanpa melihat kanan dan kiri. Mobil yang melaju kencang sudah memberikan peringatan melalui klakson, tapi cewek itu tetap berjalan. Fahmi mendorong tubuh cewek tersebut untuk menyelamatkannya.

Bruk...

Mereka berdua terjatuh di depan gerbang sekolah.

"Makasih udah nolongin gue," kata cewek itu.

"Iya, btw lo kelas sepuluh kan?" tanya Fahmi.

"Iya, nama gue Fanya. Lo siapa?"

"Gue Fahmi, anak baru,"

"Sekali lagi makasih ya, gue harus ke kelas," pamit Fanya.

"Iya,"

Fahmi berjalan santai di sepanjang koridor sampai seorang cowok menabraknya karena cowok itu sedang bercanda dengan temannya.

"Eh, maaf gue nggak sengaja," kata cowok itu.

"Iya Kak nggak apa-apa," jawab Fahmi.

"Kayaknya gue pernah ketemu sama lo deh sebelumnya,"

"Oh gue inget, lo Fahmi kan?" lanjutnya.

"Kok kakak tau sih?"

"Lo masa lupa sama gue? Gue Devan temennya Kenzo,"

"Oh Kak Devan, maaf Kak aku lupa," Fahmi nyengir.

"Lo sekolah disini? Baru pindah ya?" tanya Devan.

"Iya Kak, soalnya Papi pindah ke sini," jawab Fahmi.

"Oh iya, lo masih inget sama Erlan nggak?" tanya Devan sambil menyenggol bahu Erlan.

"Iya inget namanya tapi lupa wajahnya," kekeh Fahmi.

"Lan, ngomong dong sama adek sendiri," suruh Devan.

"Hai Fah, gimana kabar lo?" titah Erlan.

"Baik Kak, yaudah aku ke kelas dulu ya. Mau bel juga soalnya"

"Iya, hati-hati," sahut Devan.

-----

"Hallo, Fahmi."

"..."

"Kamu masih denger Papi kan? Pulang sekolah nanti kamu Papi jemput. Fara lagi di rumah sakit nyariin kamu,"

"..."

"Fahmi! Pokoknya nggak ada bantahan. Kamu harus ikut Papi nanti"

Fahmi memutuskan panggilan secara sepihak dan mendumal sendiri. Jefri yang di dekatnya merasa penasaran.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang