lima puluh

1.5K 118 2
                                        

Keyna sampai di kafe tempat yang dimaksud Andien tadi. Disana sudah ada Andien, Dara, Riani, dan seorang cewek lagi yang Keyna tak tahu siapa itu.

"Hai," sapa Keyna.

"Eh lo udah dateng? Sini duduk," suruh Dara.

"Hm, kayaknya gue pernah ketemu deh sama lo," tanya Keyna saat melihay cewek yang tidak dikenalnya.
"Iya Kak, tadi aku yang nabrak Kakak di koridor," jawab cewek itu.

"Kenalin, dia adek gue. Namanya Fanya," kata Andien.

"Oh, lo adeknya Andien. Kenapa nggak bilang dari tadi?" tanya Keyna.

"Aku juga nggak tahu kalo Kakak temennya Kak Andien,"

"Iya juga sih, gue lupa," Keyna terkekeh.

Keyna dan lainnya segera memesan makanan.

"Hmm Key, lo udah lupa sama Kenzo?" tanya Andien.

"Ya gimana ya Ndien. Bukannya gue ngelupain dia, tapi sosok dia hilang pelan-pelan dari otak gue seiring berjalannya waktu," jawab Keyna sambil menunduk.

"Gue yakin Kenzo pasti balik lagi kok," kata Dara optimis.

Mereka hanyut dalam pembicaraan ringan setelah itu. Sesekali canda tawa terbit di antara mereka.

-----

Fahmi sudah diizinkan masuk sekolah oleh ayahnya. Tapi lukanya belum kering, jadi masih harus dibalut dengan kain kasa dan plester.

Fahmi berjalan di sepanjang lorong bersama Jefri. Tadi tak sengaja di parkiran ia bertemu dengan Jefri yang habis menuruni motornya. Di lapangan bisa dilihat banyak siswa yang bermain basket walaupun pelajaran olahraga belum dimulai.

"Awas!!"

Fahmi menyelamatkan seorang siswi di depannya yang hampir terkena bola basket. Alhasil luka di kepala Fahmi yang belum kering terhantam bola tersebut.

Bruk...

Tubuh Fahmi luruh menghantam lantai. Jefri panik dan langsung meminta bantuan untuk membawa Fahmi ke UKS kepada para siswa yang lewat. Sedangkan siswi tersebut terus mengikuti kemana perginya Fahmi dengan perasaan bersalah.

Setelah sampai di UKS, Jefri membiarkan para siswa PMR memberi pertolongan pertama kepada Fahmi. Dokter jaga yang biasanya disini masih belum datang karena memang belum masuk jam kerjanya.

Dari luar nampak luka Fahmi yang kembali mengeluarkan darah. Dengan pelan plesternya dibuka, dan benar lukanya mengeluarkan darah. Tak lama kemudian Dokter Novi datang dan terlihat sangat terkejut karena masih pagi tapi sudah ada pasien.

Dengan cekatan Dokter Novi mengobati luka Fahmi lalu membalutnya dengan plester. Setelah itu kini tinggal menunggu Fahmi sadar.

"Itu teman kamu?" tanya Dokter Novi kepada Jefri.

"Iya Dok, dia baik-baik aja kan?" tanya Jefri  cemas.

"Syukurlah lukanya tidak infeksi. Lain kali hati-hati ya," kata Dokter Novi sambil tersenyum.

"Makasih Dok," jawab Jefri yang dibalas anggukan Dokter Novi.

Setelah itu Jefri duduk di ranjang Fahmi sambil memandangi wajah temannya itu dan berharap ia segera sadar.

"Eh, lo bukannya cewek yang tadi hampir kena bola?" tanya Jefri kepada siswi yang berada di dekat pintu.

"Iya, gara-gara gue temen lo jadi kayak gini. Maafin gue," sesal cewek itu.

"Ya baguslah kalo lo sadar. Lo jagain dia dulu ya, gue mau naruh tas dulu di kelas," pamit Jefri.

"Oh ya, nama lo siapa?" lanjut Jefri.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang