Sejak kejadian di kantin tadi, Kenzo jadi agak murung. Dirinya saat ini sedang duduk di kursi yang ada di tepi lapangan basket. Sudah cukup lama Kenzo disana karena guru yang seharusnya mengajar di kelasnya tidak masuk, dan hanya memberikan tugas yang sudah diselesaikan Kenzo dalam waktu 15 menit saja.
Seketika lamunannya buyar saat sebuah bola basket menggelinding di depannya. Tanpa berpikir panjang, Kenzo melepas kacamatanya lalu mengambil bola tersebut. Mendribblenya berkali-kali lalu memasukannya ke dalam ring.
Di lain tempat, Erlan sedang kebingungan mencari keberadaan Kenzo, ia sudah ke kantin, toilet, dan UKS tapi tak kunjung menemukan anak yang dicarinya itu. Hati Erlan semakin gelisah karena Kenzo baru saja pulih.
Erlan bertanya pada semua orang yang ditemuinya, dan akhirnya disinilah dia berada, yaitu di lapangan basket.
"Zo udah nanti lo sakit" teriak Erlan pada Kenzo yang tak diindahkan Kenzo.
"Ini belum seberapa Lan" jawab Kenzo sambil memantulkan bolanya lagi.
Banyak pasang mata yang melihat Kenzo bermain basket dengan gila. Termasuk Andien yang dari tadi sedang khawatir dengan keadaan adik dari pacarnya itu. Tapi apa yang bisa dilakukannya saat dia sudah terikat janji dengan Adri.
"Zo!! Udah stop sekarang juga! Lo bisa sakit kalo gitu terus! Atau lo mau gue panggilin Kak Steve sekarang juga?"
Erlan melakukan apa yang sebelumnya ia katakan, dirinya menghubungi Steve. Setelah Steve mengatakan bahwa ia akan segera datang, Erlan masih terus berusaha menghentikan Kenzo.
"Zo, udah jangan diterusin lagi. Lo baru aja sembuh Zo" teriak Erlan kembali.
"Gue nggak akan sembuh Lan, tenang aja" jawab Kenzo enteng.
Karena dari tadi Kenzo tak menururi kata Erlan, kini Erlan hanya bisa pasrah menunggu kedatangan Steve. Hampir dua puluh menit menunggu akhirnya Steve datang.
Kenzo tak menyadari bahwa Steve ada di belakangnya karena dia terlalu fokus melepas emosinya. Steve dengan segera merebut bola itu dari Kenzo hingga Kenzo baru menyadari kehadirannya.
Saat Kenzo sudah tak bisa merebut boa itu dari Steve, dia terdiam mematung sambil menunduk. Steve merangkul kedua bahu Kenzo yang terlihat sudah tak bertenaga.
"Kamu kenapa?" tanya Steve lembut, tidak seperti biasanya.
"..."
Kenzo tetap menunduk tanpa bersuara. Karena mengerti dengan keadaan Kenzo, Steve segera menuntun Kenzo menuju UKS bersama Erlan.
Langkah Kenzo begitu lemah, seperti saat Kenzo sedang kambuh. Sesekali dirinya hampir ambruk jika saja tidak ditahan Steve dan Erlan. Sesampainya di UKS, Steve segera membantu Kenzo untuk berbaring. Sedangkan Erlan masih mengambil minum untuk Kenzo.
"Kamu jangan kayak gini dong. Nanti kakak kamu khawatir" kata Steve.
Kenzo tak menjawab. Dirinya masih pada pandangan kosongnya.
"Kalo kamu kayak gini, kamu bisa sakit lagi nanti". Lanjut Steve.
"Emang aku bisa sembuh?" jawab Kenzo dengan tatapan dan senyum sinisnya.
"Kalo kamu ngomong gitu, berarti kamu pesimis buat sembuh". Kata Steve.
"Udahlah Kak Steve jangan bilang kalo aku pesimis. Sekarang gimana aku nggak pesimis kalo semua orang disekitar aku over protective semua ke aku. Aku masih hidup Kak, mungkin untuk besok aku masih ada disini" kata Kenzo dengan tetesan air matanya.
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Kenzo meninggalkan UKS. Dirinya berjalan keluar sekolah dan segera memberhentikan sebuah bus. Hampir seumur hidup, Kenzo tidak pernah naik angkutan umum karena ia biasanya naik mobil pribadi. Tapi kali ini bukan Kenzo yang biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST TIME
Teen Fiction"Mulai sekarang nama Adrian akan ditambah dengan Nugraha di belakangnya". Kata Ilham. "Tidak, aku tidak akan menerimanya. Dia bahkan bukan anak kandung papa". Kenzo meninggalkan Ilham sendiri di ruang tamu. Kenzo sudah muak dengan semua ini. Akank...