delapan belas

2.6K 236 11
                                    

Kedua manik mata Kenzo mulai terbuka. Rasa nyeri yang sebelumnya ia rasakan telah hilang. Tapi rasa sakit di hatinya masih bertahan.

Kenzo masih enggan untuk bangkit dari tidurnya. Tubuhnya terasa sangat lemas hanya untuk sekedar duduk di atas ranjang. Ia mengambil ponselnya untuk melihat apakah ada notif chat atau tidak. Ternyata tidak ada sama sekali.

Kenzo memutuskan untuk kembali tidur karena jujur tubuhnya masih sangat lemas untuk berjalan. Ia meraih gulingnya dan memeluknya erat supaya dirinya cepat tertidur.

-----

Andien sudah berada di kelasnya sendirian. Tidak ada seorang siswa pun yang ada di sana. Hanya Andien seorang diri.

Tiba-tiba Andien merasa ada yang tidak beres dengan perutnya. Rasanya ada sesuatu yang membuatnya merasa mual. Andien berjalan menuju toilet.

Saat di tengah perjalanan, ia melihat Kenzo sedang melihat ponselnya sambil tersenyum tipis. Senyum itu sudah sangat lama tidak Andien lihat. Senyum yang meneduhkan dan sangat indah.

Ternyata senyum kamu tetep sama kayak dulu. Bikin hati aku adem.

Andien yang merasa perutnya sudah memberontak segera berlari menuju toilet. Ia memuntahkan semua isi lambungnya. Padahal pagi ini ia hanya makan nasi goreng setengah piring saja. Mungkin ia sedang masuk angin.

Setelah dirasa perutnya sudah lebih baik, ia berjalan keluar dari toilet.

Bruk

Tubuhnya bertabrakan dengan tubuh teman masa kecilnya.

"Eh Kenzo, maaf ya aku nggak sengaja". Kata Andien.

"Iya".

"Ngomong yang panjang gitu dong". Andien sedikit memajukan bibir nya.

"Kalo boleh gue kasih saran, jauhin Adrian". Kata Kenzo lalu berjalan meninggalkan Andien.

"Emang kenapa? Dia pacar gue." tanya Andien sambil sedikit berteriak.

Andien terdiam sejenak memikirkan apa yang dikatakan Kenzo beberapa detik yang lalu. Tapi Andien merasa bodoamat dengan ucapan Kenzo. Ia berjalan menuju kelasnya karena bel masuk akan segera berbunyi.

-----

"Zo, lo nggak apa-apa beneran?" tanya Erlan saat melihat wajah Kenzo sedikit pucat.

"Gue nggak apa-apa beneran. Lo tenang aja". Jawab Kenzo santai. Sebenarnya dari tadi ia sedang merasakan nyeri di dadanya, tapi ia berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan Erlan.

"Yaudah nih pake aja jaket gue. Nggak apa-apa biar gue nanti yang izin ke Bu Ratri". Erlan berjalan menuju meja guru untuk mendapatkan izin tersebut.

Tanpa disadari semua orang, Kenzo sedang sangat kesakitan. Ia mencengkeram kuat dadanya saat terasa sesuatu yang berat menghantamnya. Ia sudah tidak kuat dengan semua rasa sakit saat ini.

Kenzo terjatuh dari kursinya dan disambut oleh dinginnya lantai.

Brukk

Sedangkan Erlan yang sedang di meja gurupun langsung berlari mendekati Kenzo. Devan, Reno, dan Erlan akhirnya menggotong Kenzo keluar kelas atas utusan Bu Ratri sendiri. Sementara Rifan sibuk menghubungi keluarga Kenzo.

Erlan tidak mau terjadi apa-apa dengan Kenzo, maka dari itu ia membawanya langsung ke rumah sakit tanpa ada persetujuan dari pihak sekolah. Dengan sangat kesetanan, Erlan melajukan mobilnya membelah kota Jakarta yang sedikit lenggang.

Sesampainya di rumah sakit, Devan mengangkat tubuh lemas Kenzo menuju UGD. Di susul dengan Reno dan Rifan yang tadi berada di mobil yang berbeda. Keempat sahabat Kenzo itu dilanda rasa cemas.

THE LOST TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang