36. Sialan kau Fahri.

405 60 35
                                    

Jika kalian menganggap semua orang salah, kalian semua sama salahnya dengan mereka. Ada sesuatu dibalik tidakan salah mereka untuk menutupi jiwa baik dari sebuah kata salah.

Farhan dan juga Fahri.

Sebenarnya mereka sangat identik satu sama lain, dan Andipun masih tidak mengerti. Benarkan jika Fahri dan juga Farhan adalah sepupu kandung.

Sebab? Warna mata mereka sama pekatnya dengan warna kopi, lekuk wajah tampannya sama bagus. Hanya bagian tubuhnya saja yang berbeda.

Farhan lebih pendek dari Fahri, Farhan lebih berwarna kulit sawo dari Fahri, dan tentu saja jika Farhan tidak secerdas dan se genius Fahri.

Yang pasti Fahri diatasnya satu tingkat. Fahri hanya pria yang sangat sulit ditebak, bertubuh tinggi tegap, warna kulitnya sangat eksotis persis seperti orang luar negeri namun dia asli orang Indonesia.

Bisa Andi simpulkan jika Fahri dan juga Farha itu sama. Dia sama, bukan hanya jenis kelaminnya yang sama. Namun, dia sama.

Seperti berjiwa sama. Kalian paham arti dari berjiwa sama kan? Seperti jiwa mereka adalah satu.

Tapi, tidak mungkin. Tidak mungkin gelar Fahri dengan Farhan berbeda jika dia adalah anak kembar.

Apa mungkin salah satu diantara mereka memang sengaja diberikan pada seseorang, atau mungkin dibuang?

Tidak tahu pasti. Yang jelas hanya orang tua mereka yang mengetahui itu.

Mungkin saja papa mereka sama, atau mungkin mama mereka sama. Bisa jadi salah satu dari orang tuanya memang memiliki kekentalan kembar, dan itu melekat tanpa ada ikatan.

Entahlah.

Yang pasti sekarang Farhan dan juga Fahri sedang duduk diteras rumah Fahri. Mereka berdua tengah bersulang. Dengan senyum licik yang saling terpancar indah dikeduanya.

Bismilah.

Keduanya meminum wine bermerek dengan bersulang, seperti jika hanya dunia milik mereka berdua.

Tidak ada lagi, Energi positif didalam diri mereka.

Bahkan semenjak Dilla dan Iqbal pergi entah kemana, Farhan merasa jika semuanya hilang. Bebannya hilang, semua rahasianya seperti hilang dari kedua bahunya. Lupakan rahasianya, lupakan saja.

Toh, itu memang tidak penting.

"Gimana sama service an lo tadi pagi. Berhasil?" Tanya Farhan. Dia kembali menuangkan wine untuk memenuhi gelasnya, sudah menjadi kebiasaannya jika Farhan akan mengisi ulang gelasnya jika wine miliknya akan tandas.

Farhan benci gelas yang kosong.

"Hampir." Jawab Fahri yang sudah sangat kesal. Terlihat jika Fahri sedikit babak belur, dan jangan tanya Farhan. Farhan sangat pintar untuk berkelahi.

"Korban lari, atau ada pahlawan kesiangan."

"Bastian dateng disaat adik kecil gue mau masuk, bener bener gak pas. Gue hampir aja mau ledakin rumah Bastian, kalo aja gue gak inget disitu ada Casie." Fahri muak. Ingin sekali langsung membunuh Bastian dengan sangat cuma cuma.

Itu bahkan sangat gampang, kecil sekecil menjentikan jarinya.

"Gue suka liat mereka bahagia kaya sekarang ini, liat Aldi sekarat aja bisa bikin gue gak berenti minum."

"Sayangnya gue enggak. Gue sedikit kaget saat dapet kabar kalo Casie sedikit trauma sama sentuhan gue, se enggaknya gue itu bahagia sama keberhasilan elo." Farhan mengangguk. Mereka memang harus seperti ini. Biarkan mereka berfikir dan menangis, yang terpenting. Dirinya dan Fahri bahagia dan beristirahat.

"Tapi bisa gue nilai kalo elo juga harusnya bahagia, kalaupun Casie tauma dia akan membuat Bastian bingung. Bisa aja Bastian gak tahan dan cerai in Casie. Lo bisa ambil posisi dia, lo kan dokter jelas tahu dong gimana menyembuhkan trauma dia." Dan sekarang Fahri yang mengangguk.

"Trauma sentuhan, obatnya ya melanjutkan sentuhan itu. Sampai selesai dan sampai keluar pelepasan, setelah melakukan itu gue yakin Casie bakal sembuh."


BAGIAN LENGKAPNYA ADA DI 2ND LOVE [LC VERSI 1]

LIMIT COMFORT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang