96. RASA TAKUT & JALAN AKHIR ARO...

299 35 10
                                    


Hari akan terlihat baik, jika suasana hati orang itu baik. Hal baik yang menjadi alasan hanya kebahagiaan.

"Momy?" Lamunan Salsha terpecah dari suara lemah Ura. Sudah tiga hari ini dia demam dan tubuhnya sangat lemah.

Aldi sudah menyuruh Salsha agar bisa membujuk anak perempuannya untuk dirawat namun tidak satu rumah sakit dengan Aro, namun dari awalnya Ura mrmang tidak suka rumah sakit hanya menggeleng lemah.

Ura takut jarum suntik.

"Iya, sayang. Ura mau apa?" Anak kecil yang sedang mengenakam plester penurun panas hanya menggelengkan kepalanya.

"Kak Aro mana si? Pengen di elus elus kepalanya sama kak Aro." Salsha terdiam, dia juga belum memberitahu tentang keadaan kakaknya.

Bisa kalian perhatikan, Ura lebih suka memanggil Aro dengan sebutan Kakak hanya saat didekat Aldi dan Salsha saja. Jika mereka hanya berdua Ura lebih suka memanggil abang. Lain lagi dengan jika didepan teman temannya, Ura lebih suka memanggil namanya saja.

"Kak Aro kan lagi di rumah oma, Kak Aro juga lagi sakit."

"Ya udah gak papa, Ura udah gak lemes kok. Ura pengen dideket Kak Aro aja." Ura bangkit dari tidurnya, dan menyingkapkan selimut sebatas berutnya dan beralih duduk ingin turun dari ranjangnya.

"Ura masih pusing kan, udah Ura tidur aja. Kak Aro juga lagi tidur pasti."

"Gak ah, Ura mau ke rumah oma aja. Mau ketemu Kak Aro." Sekarang Ura sudah mengenakan sendal panda berbulu dan mengambil switer didekat lemarinya.

"Ayo mom, anterin Ura ke rumah oma. Ura kangen Kak Aro soalnya, udah lama banget kan Ura gak temenu Kak Aro."

"Tadi kata oma, Kak Aro nya lagi tidur. Jadi Ura gak boleh ke rumah oma dulu, sini aja ya." Ura menatap pada momy nya dengan tatapan curiga.

"Sebenernya Kak Aro di rumah oma gak si, perasaan momy larang larang Ura mulu kalo mau pergi pergi." Seru Ura kesal pada Salsha, bagaimana tidak. Tiga hari ini Salsha hanya memperbolehkan Ura tidur, dan duduk di ranjangnya saja.

Ura yang kelewatan aktif mana bisa diam, tapi tubuh yang lemas membuat Ura diam. Dan sudah lewat tiga hari, Ura menanyakan kakaknya. Jadi apa permasalahannya.

"Ura kan lagi sakit, jadi momy gak kasih Ura pergi. Kalo orang sakit kan gak boleh pergi pergi, kemarin udah momy ajak Ura ke rumah sakit, Ura nangis nangis. Momy udah turutin Ura gak ke rumah sakit. Jadi Ura turutin momy buat gak pergi pergi biar cepet sembuh."

"Kan Ura udah bilang, Ura udah sembuh. Ura udah mendingan kok, pergi ke rumah oma doang gak akan bikin sakit, lagian perginya pake mobil tinggal duduk, gak jalan kaki." Salsha menghela nafas, jika sudah rewel seperti ini Salsha memang sedikit sulit mengendalikannya.

"Ura turuti momy, nak!"

"Momy yang harusnya nurutin Ura!" Seru Ura kesal.

"Ura tuh cuma mau ketemu Kak Aro, gak lebih. Lagian Kak Aro kemana si, masa sakit malah ke rumah oma. Biasanya aja kalo sakit di sini. Gak kemana mana."

"Jangan jangan momy bohongin Ura ya?" Salsha masih diam, dia tidak ingin menanggapi ucapan Ura jika sudah seperti ini.

Pasti, Salsha yang akan kepalang kesal.

LIMIT COMFORT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang