JAWABAN SEQUEL LC

173 7 3
                                    


Woho.

Gue mau ngomong makasih banget sama apresiasi kalian mau sama Sequel LC.

Sebenernya gue gak berharap lebih dengan mau nikim Sequel.

Sejujurnya, bikin Cerita Baru juga bakal susah dapetin kalian. Dan, gue cuma menawarkan iseng-iseng sama kalian awalnya.

Berhubung kalian mau, dan suka.

Gue mulai ngerancang alur, baca ulang, nulis karakter mereka.

Dan, BOOM. Ternyata seru😅, jujur si gue suka alurnya. Dan gue juga berharap kalian suka alurnya.

Gak mau panjang lebar lagi, LIATC kayaknya bakal jadi cerita yang panjang.

Semoga suka ya.

Kalian bisa baca Disk nya dibawah. Dan gue akan kasih sedikit potongan ceritanya.

¤¤¤

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan dua orang yang saling mencintai lalu bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan dua orang yang saling mencintai lalu bahagia.

Ini juga bukan satu orang yang mengejar orang lain yang mencintai orang yang berbeda.

Bukan juga orang yang mudah menangis hanya karena ditolak.

Jangan mengharapkan hal manis disini, itu mustahil. Ini bukan Melodrama yang mengharapkan cinta terlalu dalam.

Hanya ada cinta Klise, Simple, Berantakan, Bodoh, Aneh, dan Masuk Akal.

I Love You bukan kata romantis sebenarnya.

Namun, Tindakan lebih bisa menembus hati dengan busur panah paling tajam.

Menembusnya sampai dalam, dasar dan mematahkan ego yang paling keras.

Jika itu besi yang kokoh, maka akan bengkok. Dan jika itu adalah hal lain, maka hal sama akan terjadi seperti pada besi tersebut.


¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


¤¤¤

"
Masalah besar bermula dari kesalah pahaman yang kecil, hal seperti ini umum terjadi.
"


"Ada apa Papa memintaku ke rumah?" tanya laki-laki bertubuh tinggi dan masker berwarna putih menutupi sebagian area wajahnya.

"Hanya merindukan anak papa, bagaimana sekolahmu boy?" Fahri balik bertanya, sedikit tersenyum dengan suduh bibir tertarik ke atas.

"Biasa saja." jawab Aro dengan mengambil posisi duduk di sebelah Fahri.

¤¤¤

"Kalau Papa bertanya padaku? Itu sama sekali tidak penting. Mau siapapun yang melahirkan dan membesarkanku sampai seperti ini. Tentu saja, Papa yang paling dominan." jawab Aro dengan melihat lihat barang bagus yang Papa berikan padanya.

"Sekarang hari Senin, pulanglah. Hari ini cukup memegang dan menyentuhnya, besok hari Minggu. Kamu bisa menginap disini, dan Papa akan mengajarkan cara menggunakannya. Letakkan!" seru Fahri yang benar benar membuat Aro mati penasaran.

"Apa masalahnya dengan besok hari Selasa, mau Selasa atau akhir pekan itu saja saja." Kaluh Aro yang sama sekali tidak ingin dimundurkan.

Fahri menatap Aro dengan tatapan lain, menengadahkan tangannya menunggu barang yang baru saja dipesannya itu agar dikembalikan.

"Jika itu bukan kamu, boy. Papa tidak akan seniat ini, kamu tahu itu." Aro tersenyum penuh arti, dia berjalan mendekat pada Fahri dan mulai memeluknya.

¤¤¤


"Aku pulang, Papa bisa mengirim pesan kapanpun Papa mau. Jangan perlakukanku seperti anak berusia tujuh tahun lagi. Sekarang sudah berbeda, dan ngomong-ngomong Papa. Aku hari ini sudah menjadi Ketua Osis. Terimakasih ajaran Papa." Fahri mengangguk, mengangkat alisnya sebelah dan menatap Aro dengan tatapan lain.

Aro mengangguk begitu saja.

"Aku akan giat belajar lagi Papa, Gerber Mk.II menungguku hari Minggu." Fahri tertawa lucu, menjawab dengan anggukan kepala lalu kembali mengambil alih perhatiannya pada Pekerjaan di Laptopnya.

"Papa menunggu waktu luangmu, boy." Begitu seterusnya.

¤¤¤

"Kenapa Kak Deval janji sama Tasya kalo Kak Deval gak bisa lakuin, itu namanya ngasih harapan palsu. Tasya gak suka." Deval menggelengkan kepala melihat adiknya mulai tumbuh besar.

Menjadi pintar juga sangat merepotkan Deval sebenarnya.

"Di Sekolah Tasya diajarin apa aja? Katanya kalo Tasya sekolah mau ngajarin Kak Deval di Rumah." Sekarang Tasya yang mengerucutkan bibirnya masih belum bisa beradaptasi.

"Tasya gak mau, jadi Teacher itu capek. Tasya gak mau ngajarin Kak Deval." Deval terkekeh mendengarnya, meletakan adiknya di Ranjang dan melepas Tas dan Dasi dilehernya.

"Cita-cita Tasya kayaknya berubah aja, jadi Teacher gak enak. Masa temen satu kelas Tasya ada yang ngompol, Teacher-nya yang bersihin. Kan bau."

¤¤¤

Bisa kalian baca di LIATC.

Gimana pendapat kalian soal Sequel LC? Sesuai ekspetasi kalian kah?

Gak tahu kenapa, ini seru menurut gue. Dan mungkin akan gue UP setiap hari. Dan gue usahain akhir tahu udah selesai.

Semoga sukai🐰🐰🐰

LIMIT COMFORT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang