"DADY." Teriak Aro yang kesal dengan penuturan dady padanya."Aro bukan anak kecil, jadi terserah Aro mau ngapain. Dady jangan seenaknya atur hidup Aro! Aro udah besar, bisa ngurusin hidup Aro sendiri." Oh ayolah, drama apa lagi dipagi hari begitu keluh Salsha yang ada pada dapur setelah selesai masak.
Dia baru saja selesai masak, dan sekarang Salsha sedang mengelap keringatnya. Sebelum mencuci tangannya agar bersih dan menyajikan makanan untuk ketiga keluarga kecilnya yang selalu siap menunggu masakannya.
"Aro dengerin dady, dady cuma pengen kamu fokus sekolah, dady cuma mau kamu banyak waktu belajar, kamu jangan main mulu." Aro membanting tas sekolahnya kesal, bahkan baru kemarin Salsha membelikan bola basket kesukanaannya dan sekarang Aldi sudah kembali mencari masalah dengan anaknya itu.
"Aro belajar, setiap malem sebelum sikat gigi Aro juga belajar. Aro udah dapet peringkat satu di sekolahan, jadi dady gak usah khawatir sama waktu belajar Aro. Aro kesel kalo dady gak bolehin main, Aro juga mau main." Aro mengerucutkan bibirnya sangat kesal, dia juga menatap tajam Aldi dengan mata manjanya.
"Dengerin dady, anak cowok harus pinter, harus pinter. Besok Aro juga akan jadi dady kaya dady, jadi dady harus pinter. Dulu dady gak pernah main, dady mainnya dirumah."
"MOMY!!" Teriak Aro yang sudah sangat kesal, rasa rasanya Aro ingin menojok wajah menyebalkan dadynya.
Pagi yang menyebalkan, bagitu nilai Aro saat mendapat pertentangan dari ayahnya
"Apa sayang?"
"Dady tuh." Tunjuk Aro yang sudah kepalang kesal, dia bahkan memegang gelas didepannya dengan kesal. Ingin sekali melempar gelas ditangannya dengan kasar.
"Kenapa sama dady?" Tanya Salsha yang baru saja menaruh semua lauk pada meja makan.
"Dady nyebelin, dady jahat, dady pilih kasih, dady gak adil, dady ngatur hidup Aro. Aro kesel sama dady, padahal Aro udah belajar, udah dapet peringkat satu kata bu guru tapi dady tetep gak bolehin Aro main!" Aro mengadu pada Salsha dengan suara menggebu gebu, dan dengan nafas tersengkal.
Entahlah, dia merasa kesal pada dady nya.
"Dady?" Tanya Salsha pada Aldi yang tampak menujukan wajah biasa saja.
Tujuan Salsha bertanya pada Aldi sebenarnya untuk menyakinkan apakah benar jika aduan Aro padanya benar.
Dan terlihat jelas jika Aldi membuang wajahnya dan memainkan dasinya asal.
"Tuh kan dady emang takut sama momy, tadi pas gak ada momy Aro diomelin kebanyakan main kata dady Aro gak pernah belajar, padahal Aro rajin belajar kan mom?" Salsha mengangguk setuju, pasalnya Aro selalu pergi ke kamarnya lebih dulu.
Jika Ura sedang menonton televisi Aro jam tujuh malam sudah berpamitan pada momynya untuk belajar, sedangkan Ura?
Dia asik dengan acara televisinya dan stik game nya sendirian.
Ura akan ke kamarnya jika jam delapan malam, sedangkan Aldi pulang dari kantor jam sembilan malam.
"Kalo dady nuduh Aro yang gak baik, jangan dengerin. Jangan bales ucapan dady kalo Aro merasa ucapan dady salah." Setelah mengambilkan semua lauk beserta nasinya Salsha berjalan meninggalkan mereka berdua.
Ingatkan Salsha jika Ura belum bangun, walaupun Aro dan Aldi sudah siap tidak ada salah satu dari mereka yang akan membangunkan si bungsu Ura.
"Salsha." Ucap kesal Aldi yang sama sekali tidak setuju dengan ungkapan istrinya, bagaimana bisa seorang ayah tidak boleh memberi nasehat dan anaknya diperintah untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMIT COMFORT [END]
RomancePart 51 sampai part 99 dengan tambahan Epilog, secepatnya terselesaikan. Mengandung unsur DEWASA, WARNING, dan bukan koleksi anak anak. Kehidupan Aldi dan juga Salsha berubah drastis dari saat mereka berpacaran, menjalin hubungan menjadi sepasang ke...