92. KEMARAHAN ARI DAN STATUS PEMBUNUH?

327 42 6
                                    

_____

Gue mau dapet vote banyak dari part ini dan selanjutnya!

______

"Paman gila!" Seru Aro yang tidak percaya dengan isi otak pria tinggi yang menatapnya sayu.

"Setidaknya dengan kamu menjadi anak saya, kamh bisa membuat hidup saya menjadi lebih menarik dan bahagia."

Aro terdiam, mana bisa anak kecil berumur enam tahum mendapati keputusan yang membuatnya berfikir dengan keras.

"Kenapa paman gak nikah aja?" Dan sekarang Fahri yang terdiam.

Dia menatap Aro dengan tajam, dengan mengarahkan ibu jarinya pada pelipis matanya.

Tangan kanannya ia lingkarkan pada tangan kiri lalu ia luruskan jati telunjuknya.

Tangan kanannya ia lingkarkan pada tangan kiri lalu ia luruskan jati telunjuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang keduanya sudah akan sampai pada lokasi yang sebentar lagi Fahri tuju.

"Apa kamu tidak tahu om kamu pembunuh?" Mata Aro mengerutkan bingung.

Om yang mana?

"Kakak dari momy kamu!" Seru Fahri yang tertawa jenaka, siapa tahu jika tawa itu terlihat jelas jika ada raut kesedihan yang mendalam.

Dendam memang akan terus berjalan, memang Fahri yang mempersulit takdirnya sendiri.

Salahkan dirinya yang selalu memikirkan apa yang ia akan dan sudah lakukan.

"Om Ari?" Tanya Aro yang masih tidak bisa mencerna ucapan Fahri, tidak mungkin ayah dari bang Anan nya membunuh.

Bukankah membunuh dilarang?

"Iya, mau mendengar dongeng mengerikan anak manis?" Tawar Fahri pada Aro yang dengan satu kali pukulan Aro kembali tidak sadarkan diri karna Fahri memukul pundak belakang Aro dengan cukup keras.

Menjadi orang yang kesepian dan kejam tidak membuat Fahri ingin membunuh dengan secepat ini.

Dia melakukan itu hanya untuk mempermudah mambawa Aro keluar dari mobilnya.

Fahri berjalan meninggalkan mobil yang baru saja ia duduki dalam perjalanan Jakarta Bandung yang sedikit membuat tulang ekornya merasa sakit.

"Bawa bocah kecil itu, dan bakar mobil yang baru saja kita kendarai. Pakaian baju yang kalian belikan untuknya, buang semua yang dia pakai ganti dengan yang kita beli." Lima pria tadi langsung melaksanakan perintah Fahri.

Dia tidak terlalu bodoh untukmeninggalkan jejak secepat ini, lawannya sekarang Ari. Bukan sembarangan lagi, kekasihnya terbunuh di depan mata telanjangnya.

LIMIT COMFORT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang