70. MASIH BELUM PUAS KAH?

900 86 32
                                    


Bahagiaku saat ada malaikat kecil hadir diantara kita, dan itu terwujud karna mu. Salsha :)

"Kamu ke sini dek, ke rumah Sakit *******." Ucap Ari, kakaknya dengan sangat cepat.

"Mana kak?" Salsha kembali menajamkan, telinganya karna dia masih tidak bisa mencerna rumah sakit mana yang sang kakak maksud.

"Rumah sakit *******." Salsha mengangguk paham, dia memang sedang bersantai santai ria di rumah. Untuk satu bulan ke depan, Salsha kan beristirahat.

Dikarenakan mode on sikap posesif plus egois Aldi lagi kumat, Salsha sedang senang hati menerimanya. Apalagi, makanan dikulkas sudah Salsha borong hampir seper empatnya masuk ke dalam perutnya, walaupun baru setengah hari.

"Mau ngg--." Belum selesai Salsha bertanya pada kakaknya, Salsha sudah didahului suara gebragan pintu keras.

Salsha yang sedang berbincang dari sambungan telefon, terjolak kaget. Ponsel digenggamannya jatuh ke atas karpet.

BRAK

"Astaga." Umpat Salsha memegang dadanya, Aldi berlari dengan tergopoh gopoh ke arahnya.

"Sa-yang. Hos.. hoss... hos..." Aldi kembali menetralisir jatungnya yang berjalan tiada henti dengan kecepatan penuh.

"Minum, ini minum dulu." Salsha mengarahkan setengah gelas air putih yang baru saja ia minun setelah memakan makanan ringannya.

Aldi meminum setengah air putih itu dengan tandas, kemudian dia memeluk Salsha.

"Ehhh, nyaman." Ucap Aldi memeluk Salsha pelan, dia mencuri siuman dibibir Salsha oelan.

Pletak.

Salsha kesal, dia mengira jika ada kabar buruk yang nyangsang padanya. Dan begitu gampangannya, Aldi ke sini ngegeprak pintu dan meluk badan Salsha sembarangan?

Situ waras?

"Apaan si." Salsha mendorong Aldi untuk menjauh, akhir akhir ini dia semakin dibuat kesal. Kesabarannya diuji saat sekrang Alvaro Aldinan Dirgantara menjadi sangat manja seperti anak SD yang selalu bahagia.

"Ngapain kamu dateng, ngegebrak pintu, lari lari, bikin kaget aku aja. Aku tadi lagi telfonan sama sama Kak Ari, tahu. Aku katanya di suruh ke rumah sakit, kamunya ngagetin aku."

Alei menepuk jidatnya lupa, dia memang pulang cepat karna mendapat kabar jika Stefi pecah ketuban baru saja.

Dengan cepat Aldi menarik istrinya keluar, Salsha yang teru saja menolak membuatnya merasa kesal. Aldi menggendong Salsha layaknya karung beras, tanpa Aldi berfikir jika bayi Salsha tergencet konyol didalam sana.

"ALDI, PERUT AKU SAKIT!!!" Mendapat teriakan Salsha yang membahana Aldi menjadi panik setengah mati, dia lupa jika Salsha sedang mengandung anak mereka.

*****

"Ini kenapa bisa terjadi, kenapa Stefi bisa sampe pecah ketuban. Ari gak habis fikir, padahal tadi pas Ari tinggal semuanya baik baik aja."

Bunda mengehela nafas pelan, dia berusaha sabar, dia juga yakin Ari anaknya tidak mungkin akan menuduh bundanya tanpa bukti sekalipun.

Ari dengan perawakan berantakan, dan wajah panik setengah mati, airmata mengalir menyisakan jejak airmatanya. Ari, menangis?

LIMIT COMFORT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang