Tidak ada ikatan batin dari hati yang sama adalah salah, jika salah satu mendapat bunga tidur buruk. Benarkan itu ikatan batin atau sebuah kenyataan pembuka?
Salsha keluar dari kamar mandinya karna dia baru saja membuang hajatnya, dia menatap setiap penjuru kamarnya.
Bukankah tadi dia mendengar suara Aldi? Kenapa tidak ada?
Apa Aldi lupa jalan pulang? Atau ada urusan? Lagi lagi Salsha hanya menganggap jika itu hanya hal biasa. Dia menyawel piyama tidurnya dan mengganti baju yang sedang ia kenakan menjadi piyama tidur.
Ada Aldi tidak ada Aldi, dia tetap akan mengganti piyama dikamarnya. Ini rumahnya, dan semua yang ia lakukan bebas.
Salsha menghela nafas lelah, mungkin dalam waktu dekat ini dia akan membuang pil yang selama ini ia konsumsi.
Jauh dilubuk hati yang paling dalam, Salsha juga menginginkan bayi. Menginginkan sosok baru sebagai pelengkapnya, pasalnya hatinya masih ragu.
Pantaskah Salsha hamil, terlebih lagi hamil anak Aldi. Yang lebih buruknya Salsha hanya manusia paling menjijikan.
Salsha adalah sumber keburukan pada Aldi, jauh dari hatinya Salsha menginginkan pergi menjauh dari suaminya sekarang. Tapi entah kenapa rasanya sulit, hatinya sudah paten. Cintanya sudah untuk Aldi, dan bagaimana bisa Aldi melakukannya Salsha juga tidak mengerti.
Untuk menetralisir fikirannya, dia pergi menuju ranjangnya. Salsha berinisiatif untuk tidur, waktu sudah hampir pagi lagi. Namun Aldi masih belum pulang.
Apa maksudnya ini?
Kantuk-kantuk. Salsha menarik selimutnya menutupi semua bagian tubuhnya. Hingga hanya sebagian dan hanya rambut yang terlihat. Rasanya hatinya sangat lelah, fikirannya sangat ekstra dan sekarang dia merasa lelah dan pusing.
Biarkan tubuhnya beristirahat.
****
Aldi dengan cerobohnya melakukan aksi nekatnya dengan jantung yang masih saja berdekat kencang. Mobilnya sudah rusak, dirinya bahkan hampir menabrak tiang listrik karna dia sedang begitu khawatirnya dengan Salsha.
Nampaknya, si nomor tidak dikenal itu hanya mengerjainya. Pasalnya, saat Aldi menuju taman komplek itu. Dia tidak menemukan wanitanya, dia hanya melihat sepasang kekasih yang sedang saling mencumbu.
Antara sudah sah ataupun belum, Aldi tidak peduli. Dengan wajah yang begitu sangat kucel, rasa kantuk yang sudah menyeliputi wajahnya Aldi kembali menuju mobilnya.
Apakah benar jika Salsha pergi kemari? Jika benar pasti dia ada. Namun disini sama sekali tidak ada wanitanya, cewek duduk sendiripun rasanya tidak ada. Hanya mereka yang saling memadu kasih.
Rasanya Aldi sangat lelah hanya untuk menghubungi ponsel istrinya, yang Aldi butuhkan hanya tidur, dia sangat lelah. Dia ingin istrinya yang selalu ia peluk saat malam.
Malam ini bahkan sudah menjadi pagi, jam 2 dini hari sudah Aldi lewati. Namun, satu menitpun Aldi belum beristirahat. Angin malam membuatnya sedikit akan flu.
Dengan gerakan cepat Aldi menarik pedal gasnya dan menuju rumahnya, apartemen yang sudah menjadi rumah baginya.
Rasa kantuk yang terus saja menyerah tidak menggangu konsentrasi berkendara. Dari mulai melwati jalan yang sepi dengan kecepatan tinggi sudah menjadi hal biasa bagi Aldi.
Dengan perasaan yang malas dan kantuk yang berat, Aldi memarkirkan mobilnya dengan asal dibagasi apartemennya dan membuka lalu mengunci lagi pintu apartemennya rapat rapat.
Dia juga menaiki tangga dengan santai dan malas manuju kamar dan membuka hati hati kamarnya, dan benar.
Salsha ada, sedang tidur terlelas seperti biasa diranjang yang sangat Aldi akui kefavoritannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMIT COMFORT [END]
Roman d'amourPart 51 sampai part 99 dengan tambahan Epilog, secepatnya terselesaikan. Mengandung unsur DEWASA, WARNING, dan bukan koleksi anak anak. Kehidupan Aldi dan juga Salsha berubah drastis dari saat mereka berpacaran, menjalin hubungan menjadi sepasang ke...