Dengan target 100vote lebih.
Hai, jadi kangen😂
Gimana kabar? Lama ya gak baca LC. Maap ya, lagi rada sibuk. Gue gak mengharuskan kalian untuk vote, tapi gue mengharuskan vote terpenuhi😁. Jadi, sama aja kali yak?
Yo dah, langsung simak aja. Typo tolong tandain ya, maklum adalah satu kata TUMAN buat saya😅
Rada panjang, jadi, happy reading!
Mati dibalas dengan mati, jika tidak. Apakah itu adil?
Lantai lusuh dengan warna kusam disela sela lem lantai terlihat seseorang sedang berbadan dua, sedang duduk melamun, diam tak bersuara. Dia Salshaddilla.
Iqbal sebagai suami hanya bisa menatap bingung, sudah berapa ribu kali dia menasehati istrinya itu. Namun keinginan kelamnya kembali, dan salahkan dirinya sendiri saat ia pernah menjerumuskannya pada dunia hitam karna ingin mendapatkan Salsha.
Dan dia mengorbankan Dilla, yang jelas-jelas cintanya dan akan menjadi ibu dari anak anaknya.
Iqbal berjalan mendekati istrinya itu, dia peluk dari belakang dengan sangat lembut. Perkiraan kelahirannya masih 2 minggu lagi, tapi entah kenapa semuanya semakin rumit.
Fahri mengajak kerjasama dengan istrinya itu untuk membalaskan dendamnya pada Salsha, dan disana Iqbal hanya diam dan mencerna.
Baru beberapa minggu ini, Iqbal baru saja berbaikan dengan sahabat lamanya. Yaitu Aldi.
Apa Iqbal harus membantu istrinya itu. Dan merelakan Aldi sebagai musuhnya yang jelas jelas dia juga tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Udah ya, jangan dipikirin omongan Fahri. Harusnya kita berdoa buat kak Farhan, bukan malah melamun." Dilla masih diam, dia tidak mau berbicara satu katapun sejak kemarin.
"Sayang, udah ya. Kasian baby kita kamu ajak berfikir keras kaya gini, inget kondisi kamu." Iqbal mengelus perut buncit istrinya, dia meraba pelan dengan penuh kasih sayang.
Saat beberapa lama Iqbal menyentuhnya, dia merasakan ada tendangan datang sebagai respon pertemuannya.
"Aws." Ringis Dilla yang tidak tahu jika akan mendapat tendangan itu tiba-tiba. Lain halnya dengan Iqbal, justru dia senang dengan respon itu.
"Dia nendang yang." Ucap matanya berbinar, dengan satu kali sentuhan anaknya kembali menendang perut Dilla dan membuat istrinya semakin mengaduh.
"AAAWS, sakit yang." Ucapnya dengan wajah yang sungguh kesakitan, melihat hal itu Iqbal mulai mengelusnya pelan.
"Jangan gerak-gerak lagi ya sayang, kasihan mama kesakitan." Ucap Iqbal menenangkan, dia sudah berjongkok didepan perut besar istrinya dan sesekali mencium perut istrinya dengan sedikit meninggikan bajunya.
"Maaf ya, aku terlalu bahagia liat dia aktif gini diperut kamu." Dilla hanya merespon dengan anggukan kepala dan tersenyum, dia berusaha maklum.
"Kamu gak papa kan? Tendangan dia tadi kenceng banget." Tanya Iqbal lagi dengan wajah yang sangat khawatir, dia cemas dengan istrinya jika akan cepat-cepat melahirkan.
"Gak kok, biasanya juga gitu. Setiap kamu kerja atau tengah malem, babynya emang suka nendang." Jawab Dilla dengan senyum, dia teringat saat jam menujukan pukul 2 pagi, perutnya tiba tiba bergerak cukup keras dan mengagetkan tidurnya.
Hingga sampai jam 4 pagi, Dilla baru saja bisa merasakan tidur lagi. Saat mendapatkan tendangan sumo itu lagi, rasanya perutnya ingin Dilla copot. Sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMIT COMFORT [END]
RomancePart 51 sampai part 99 dengan tambahan Epilog, secepatnya terselesaikan. Mengandung unsur DEWASA, WARNING, dan bukan koleksi anak anak. Kehidupan Aldi dan juga Salsha berubah drastis dari saat mereka berpacaran, menjalin hubungan menjadi sepasang ke...