"Jangan mencoba mencari perhatian pada adikku!" Gertak kesal Aro saat melihat ada pria seumuran dengan dady nya mendekat dan mencoba mencari muka pada Ura.Pria tua yang terlihat muda itu tidak mengidahkan ucapan Aro, dia justru semakin kencar mengajak bicara pada Ura yang sama sekali tidak menuruti ucapan dirinya.
Aro bahkan sering mengajari Ura untuk tidak terlalu banyak berbicara pada orang baru, namun semua itu tidak Ura lakukan.
Adik kecilnya itu selalu manja, dan cerewet. Dia selalu ingin tahu, dan banyak bertanya.
Entah itu pada orang baru, padanya atau pada siapapun yang ada tepat dihadapannya.
Contohnya saat ini.
"Apa paman juga punya jet pribadi seperti dady? Dady Ura punya jet yang besar, biasanya kalo mau jalan jalan yang jauh dady suka pake. Biar gak macet katanya." Cloteh Ura yang tampak bersemangat dan menghiraukan tatapan mematikan dari kakaknya.
"Punya, bahkan paman punya pabrik pembuat jet seperti yang dady Ura punya." Jawab pria itu yang tampak tersenyum manis, tujuan awalnya memang buruk. Tapi saat bertemu dengan salah satu anak Aldi.
Semuanya berbeda, hatinya menghangat hanya dengan clotehan lucu dari anak ke dua Aldi.
"Benerkah? Wah, paman keren." Jawab Ura yang sangat antusias dengan pembicaraanya, dia bahkan beralih duduk dipangkuan pria asing itu walaupun awalnya tangan Ura sempat Aro larang.
"Ura duduk di kursi, abang gak mau ya kamu sok deket sama orang yang gak dikenal." Sentak Aro yang menarik tangan Ura kasar, untuk beralih duduk pada pangkuannya dan beralih pada bangku taman dekat sekolahnya.
"Abang gak boleh gitu, kata momy kita harus ramah sama orang." Tegur Ura uang memang tidak satu pemikiran dengannya.
"Gak semua orang kamu ramahin juga!" Bentak Aro yang kesal dengan ucapan Ura yang selalu membantah ucapan dan kemauannya.
Aro kasar, Aro marah, Aro selalu membentak dan menyentak Ura karna dia memang menyayangi Ura. Dia tidak mau adiknya mendapat hal yang menyedihkan, dia juga tidak mau adiknya menjadi sangat manja selain pada dady, momy, dan dirinya.
Ura memberingsut takut saat kakaknya sudah bentaknya, dia mengeratkan tas yang sudah ada dipunggungnya. Dia menatap Aro menahan tangis, Ura memang sangat sensitif.
Aro yang sudah melihat tatapan menyedihkan yanga da pada adiknya hanya tersenyum tipis, dia menarik adiknya pada pelukannya berusaha menenangkan.
"Udah, abang bentak Ura karna kesalahan Ura sendiri. Jangan nangis." Ya, begitu respon Aro saat menenangkan adiknya.
Dan anehnya, Ura hanya mengangguk dan memeluk kencang tubuh kakaknya yang memang lebih besar dan lebih tinggi darinya.
"Ayo jalan aja, momy lama." Ajak Aro yang tampaknya ingin menjauh dari pria aneh yang selalu menatapnya, ralat meneliti setiap gerak gerik mereka berdua.
"Tapi, kata dady suruh nunggu dulu." Jawab Ura yang memang tidak setuju dengan usulan kakaknya.
Bukankah biasanya Aro lebih suka menunggu ditaman ini daripada berjalan, biasanya saat Ura merengek bosan ingin pulang Aro selalu membuat Ura nyaman ditaman ini entah dengan melakukan apapun.
Aro menatap tajam pada iris mata Ura yang metra mata yang lebih kecil darinya.
"Iya iya, tapi kalo Ura cape abang tanggung jawab. Abang gendong Ura." Aro hanya mengangguk kepalanya berdiri dan mulai menggandeng tangan Ura dengan kecang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMIT COMFORT [END]
RomantikPart 51 sampai part 99 dengan tambahan Epilog, secepatnya terselesaikan. Mengandung unsur DEWASA, WARNING, dan bukan koleksi anak anak. Kehidupan Aldi dan juga Salsha berubah drastis dari saat mereka berpacaran, menjalin hubungan menjadi sepasang ke...