Kalo sekiranya kalian suka work ini, minta tolong kasih feedback (vote+komen) ya. Dan harus online, karena kalo offline itu nggak masuk. Views, vote, komen, dan followers adalah semangatku buat nulis cerita-cerita selanjutnya. Aku mungkin nggak bisa bales kebaikan kalian satu per satu. Tapi aku akan berusaha keras supaya nggak mengecewakan kalian. Vielen dank! 🙌
---Alunan musik menggema di seluruh ruangan. Sebenarnya, aku benci suasana seperti ini. Musik yang terlalu ingar-bingar dan gemerlap lampu disko yang membuat kepalaku menjadi pening.
Kuedarkan pandanganku ke lantai dansa di depan tempatku duduk. Laki-laki maupun perempuan sedang bergoyang mengikuti irama musik yang diputar oleh sang disc jockey. Saat mataku terpaku ke pojok ruangan, aku bisa merasakan tatapan dari para lelaki yang sejak tadi sibuk memandangiku.
Sebenarnya, aku sadar bahwa mata-mata itu telah menatapku sejak aku duduk di kursi yang sekarang kutempati. Tapi, aku mencoba mengusir pikiran buruk tentang mereka. Mungkin mereka hanya heran dengan dandananku. Semua gadis di tempat ini memakai pakaian yang seksi, sedangkan aku malah memakai celana jeans dan blouse merah yang longgar.
Ada sekitar lima laki-laki yang sedang duduk di sofa pojok. Seorang sedang mengisap rokoknya. Seorang lagi sedang memainkan jemarinya pada gelas minumannya yang hampir kosong. Dua orang yang lain hanya menatapku penuh keingintahuan. Sementara itu, laki-laki berbaju lengan pendek merupakan satu-satunya orang yang tampaknya tidak peduli pada kehadiranku.
Perasaanku semakin tidak enak saat salah satu lelaki yang memegang gelas minuman tampak berbicara pada temannya. Aku merasa tidak nyaman karena ia berbicara sambil menatap padaku. Bukannya aku terlalu percaya diri, kebetulan tidak ada orang lain yang duduk di depan meja bar kecuali aku.
Akhirnya setelah meminum habis orange juice yang kupesan, aku memutuskan untuk angkat kaki dari tempat ini. Kalau bukan karena janjiku pada salah satu temanku untuk bertemu di sini, aku pasti sudah pergi sejak tadi. Kurasa, ini waktu yang tepat untuk pulang sebelum hal-hal buruk terjadi kepadaku.
Tiba-tiba, telepon genggamku berdering. Aku merogoh ke dalam tas untuk mencari-cari benda menyebalkan tersebut. Setelah ketemu, kulihat nama Lee Ji Eun di layar.
"Yaaa¹! Ke mana saja kau? Aku sudah mencoba meneleponmu belasan kali tapi tidak kau angkat!" geramku kesal.
Suara dari seberang sana terdengar setengah mengantuk ketika menjawab, "Maaf, aku ketiduran hehe."
"Yaaa!" Aku segera memelankan suaraku yang tanpa kusadari telah naik beberapa oktaf. "Astaga, aku sudah menunggu selama satu jam!"
"Maaf ... maaf .... Aku akan cuci muka dulu, lalu langsung menyusulmu."
"Haish, tidak perlu. Aku merasa tidak nyaman di sini. Lebih baik aku ke tempatmu sekarang."
Ji Eun diam sebentar. "Baiklah," katanya akhirnya.
Karena sibuk menelepon, aku tidak menyadari bahwa seseorang sudah duduk di kursi di sebelahku. Ketika menoleh, aku hampir saja tersentak kaget. Salah satu dari laki-laki yang duduk di pojok─aku yakin setelah melihat kemeja lengan pendeknya yang berwarna putih─sedang berbicara pada bartender.
"Tolong isi gelas yang kosong milik Nona ini," katanya tanpa menoleh padaku.
Laki-laki itu merupakan satu-satunya orang yang tadi tidak tertarik pada kehadiranku. Kenapa mendadak ia ada di sini? Belum sempat rasa heranku hilang, bartender telah meletakkan segelas orange juice di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...