Untuk pertama kalinya, Jimin mengajakku berbicara setelah sekian lama. "Kau datang bersama Ken?"
Aku menoleh padanya dan menjawab tanpa ekspresi, "Eoh. Dan kau datang bersama temanku."
"Hmm ...."
Aku ingin bertanya apakah ia sudah dekat dengan Hye Mi sejak lama ataukah mereka dekat baru-baru ini. Aku juga ingin mengetahui apakah ia menyukai Hye Mi, meskipun di dalam hati aku yakin Jimin menyukainya karena gadis itu cantik dan pandai. Namun, semua pertanyaanku tersebut harus kukubur dalam-dalam karena aku terlalu takut untuk mengetahui kebenarannya. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk diam.
Kami berdua sedang berada di dapur. Aku baru saja membuka pintu kulkas, sedangkan Jimin membungkuk untuk membuang kantong plastik ke dalam tempat sampah. Kami baru saja memakan camilan dan junkfood. Eric yang memesannya beberapa saat setelah kami semua sampai di apartemennya.
Setelah selesai membuang sampah, Jimin berjalan ke arahku dan berdiri di belakangku. Jaraknya begitu dekat hingga aku bisa mencium bau wangi dari parfum yang biasa ia pakai. Ini adalah wangi favoritku dan aku yang menyuruhnya memakainya setiap hari.
Kedua tanganku yang memegang botol soju agak gemetar dan aku harus mati-matian menghentikan getaran tanganku itu. Aku sampai menahan napas karena ini pertama kalinya kami berdekatan satu sama lain setelah sekian lama. Tubuhku bahkan menolak untuk bergerak dan aku terkurung di bawah tubuh besar Jimin.
Apalagi ketika Jimin semakin mendekatkan tubuhnya padaku untuk menjangkau botol-botol soju di tanganku. Beberapa saat kemudian, kedua botol tersebut telah berpindah ke tangannya. Lalu, lelaki itu memundurkan tubuhnya hingga dadanya tidak lagi menempel pada punggungku.
"Bisakah kau ambilkan dua botol lagi?" tanyanya.
Aku mengangguk tanpa menolehkan kepalaku. Aku menjangkau dua buah botol soju seperti yang ia minta. Ketika aku berbalik setelah menutup pintu kulkas dengan pundakku, Jimin sudah berjalan beberapa langkah di depanku. Tanpa bisa kucegah, mulutku terbuka untuk memanggil namanya.
"Jimin-ah ...."
Jimin berhenti melangkah, tapi ia tidak menoleh padaku. "Hm?"
Aku menelan ludah. "Apakah kau bahagia?"
Sunyi sejenak. Hanya suara tawa dan obrolan sambil lalu dari ruang tamu. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Jimin karena ia masih berdiri membelakangiku. Kemudian, setelah terdiam agak lama, ia menganggukkan kepalanya.
"Eoh ... kuharap kau juga merasa bahagia," jawabnya.
Setelah berbicara begitu, ia sudah akan melangkahkan kakinya dan aku tidak berusaha untuk mencegahnya. Aku tidak tahu bagaimana, tapi rasanya aku seperti melihat Jimin ketika kami bertemu untuk pertama kalinya. Punggung lebarnya tampak tegap tapi juga kesepian. Itu sedikit memberiku kekuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...