16

14.8K 1.6K 72
                                    

Jimin mengangkat tubuhku sementara bibir kami masih bertautan. Refleks, aku melingkarkan kakiku pada pinggangnya. Setelah itu, aku membuka mata dan melepaskan bibirku dari bibirnya.

"Jimin, turunkan aku," kataku.

Tetapi, Jimin tidak mau mendengarkan. Ia berjalan ke arah kursi di depan meja belajar, lalu duduk di sana. Dengan aku yang berada di atas pangkuannya.

"Jimin-ah ...."

Aku benar-benar merasa tidak nyaman. Walaupun aku pernah duduk di pangkuan Jimin sebelumnya, tapi aku tidak sedang dalam kondisi waspada sekarang. Ciumannya tadi berhasil menghilangkan kewaspadaanku. Aku takut sewaktu-waktu pertahananku akan runtuh. Maka, aku berusaha untuk turun dari pangkuannya.

"Jangan bergerak-gerak atau kau bisa membangunkan sesuatu yang ada di bawah sana," katanya sambil menunduk ke bawah, tepat di antara kedua pahanya.

Sekarang aku benar-benar tidak bisa menatap wajah Jimin saking malunya. Akhirnya, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Aku bisa mendengar lelaki di depanku tertawa kecil. Napasnya yang hangat berhembus pelan di punggung tanganku.

Kemudian, kedua tangan Jimin melingkari pinggangku. Aku bisa merasakan tangannya menarik tubuhku semakin mendekat padanya, tapi aku masih enggan untuk membuka mata.

"Tidak usah malu," katanya sambil menarik kedua tanganku dan meletakkannya di atas bahunya. "Buka matamu."

Aku membuka mataku pelan. Wajahku dan wajah Jimin sangat dekat hingga aku bisa mencium aroma sampo miliknya. Baunya sama maskulinnya dengan bau parfum yang selalu ia pakai.

Lelaki itu memegang kedua pipiku. Tak lama, aku bisa merasakan bibirnya telah menyentuh bibirku lagi. Ia bergantian mencium bibirku, mulai dari bagian bawah, lalu gantian bagian atas. Ia juga menggigiti bibir bawahku dengan lembut. Tanpa sadar, tanganku telah melingkar di lehernya dan mataku tertutup rapat.

Jimin melepaskan ciumannya, lalu perintahnya, "Buka mulutmu."

Aku segera membuka mata dan menelan ludah dengan gugup. "Jimin-ah, aku belum pernah melakukan french kiss sebelumnya."

Jimin tersenyum. "Ikuti perintahku, oke?"

Aku menatapnya ragu-ragu. "Tapi ...."

"Aku tidak akan menyakitimu," bujuknya sambil mengelus lenganku lembut. "Kau bisa menyuruhku berhenti kalau kau merasa tidak nyaman."

Akhirnya, aku mengangguk setuju. Aku menutup mataku sesaat setelah bibir kami bersentuhan kembali. Jimin melumat bibirku dan dengan hati-hati mencoba membuka mulutku. Sedetik kemudian, aku bisa merasakan lidahnya tengah mengabsen gigi-gigiku.

Saat ia menautkan lidahnya pada lidahku, aku dengan ragu-ragu mengikutinya. Bunyi kecupan dan isapan terdengar jelas karena suasana yang sunyi. Setelah puas memainkan lidahku, ia menjilat bibir bawah dan bibir atasku bergantian. Kemudian, ia menyedot ujung lidahku dengan bibirnya.

"Apa kau menyukainya?" tanyanya setelah melepaskan ciumannya dariku.

"Rasanya sedikit aneh," kataku jujur seraya menjilat bibirku sendiri.

Jimin tersenyum geli. "Kau akan menikmatinya setelah terbiasa."

Sesudah bilang begitu, ia kembali menciumku. Tapi kali ini, ia hanya melumat bibirku tanpa menggunakan lidahnya. Suara yang dihasilkan oleh bibir kami tetap menggema di dalam ruangan.

The Cute Boy I've Met BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang