11

14.7K 1.7K 49
                                    

Aku menatap Jimin bingung. "Maksudmu?"

Lelaki itu mengunyah makanannya, lalu berkata, "Ji Eun dan teman-temanku telah tahu bahwa kita berpacaran. Apakah kau pikir dia itu bodoh? Tadi malam teman-temanku berusaha membongkar kejadian pada malam itu. Apa Ji Eun tidak bertanya apa pun padamu?"

Aku menggelengkan kepala.

Jimin berbicara lagi, "Dia tidak bilang apa-apa karena ia sungkan padamu. Sedekat apa pun kalian, masalah pribadi seperti berkencan dan tidur dengan seseorang pasti akan kalian simpan sendiri. Apalagi ia tahunya kau dan aku berkencan setelah one night stand."

Mendengar kalimat terakhir membuatku merasa agak kesal. Dari tadi malam yang dibahas hanyalah one night stand. Aku benar-benar muak dengan kata itu walaupun sebenarnya aku tidak pernah benar-benar melakukannya.

Kuletakkan sumpitku. "Berhentilah membahas itu, aku benar-benar muak."

Jimin menggigit bibirnya. Lelaki itu juga ikut meletakkan sumpitnya. Kemudian, ia kembali membuka mulutnya.

"Yaaa, dengarkan dulu. Sekarang, hubungan yang singkat itu bukan hal yang baru. Orang-orang akan segera melupakannya."

Aku menatap Jimin dengan tatapan terluka. "Yaaa! Gara-gara kau yang merekam video itu, aku jadi terkena imbasnya 'kan!"

"Maaf," balasnya lirih. "Itu satu-satunya cara supaya mereka mau percaya padaku. Lagipula, kita tidak benar-benar tidur bersama, 'kan?"

"Aku tahu kau bermaksud menolongku, tapi kau menyeretku terlalu dalam," ujarku sambil menghela napas panjang.

"Maaf," katanya lagi. "Aku tidak bisa mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu. Aku tidak ingin melihat ada orang lain yang kembali menjadi korban."

"Kalian seharusnya berhenti taruhan dan melakukan hal-hal konyol," nasihatku. "Kalau kau tahu bahwa perbuatanmu bisa menghancurkan hidup seseorang, seharusnya kau mencegahnya sejak awal."

"Aku tahu," balas Jimin. "Aku juga sadar bahwa kami adalah lelaki-lelaki brengsek. Tapi, aku tidak menemukan cara yang lebih efektif selain ini."

"Lalu, kalau ada orang lain yang menjadi korban, kau akan berpura-pura menidurinya juga? Kau mau mengoleksi video-video porno itu atau bagaimana?"

"Yaaa, aku tidak sebrengsek itu!" protesnya. "Kau satu-satunya gadis yang memiliki video bersamaku. Untuk saat ini."

Aku melotot padanya. "Kalau sampai video itu beredar luas, aku akan membunuhmu. Bahkan jika aku sudah mati, aku akan membunuhmu lagi di kehidupanku selanjutnya."

"Yaaa, kau pikir aku gila?" Jimin tertawa. "Ada wajahku di sana! Bagaimana aku bisa mencoreng wajahku sendiri?"

"Pokoknya, jangan lakukan kesalahan yang sama lagi. Cukup aku dan gadis SMA yang sudah meninggal itu yang menjadi korban keisengan kalian. Atau masih ada gadis lain yang tidak kutahu?"

"Tidak ada lagi, hanya kalian berdua," desahnya. "Aku memang tidak bisa melindungi gadis yang sebelumnya, tapi aku ingin memastikan bahwa tidak ada korban lain selain dirinya. Apalagi kau adalah teman Ji Eun, aku tidak mau menyakiti seseorang yang berarti baginya."

Jimin lalu menunduk di atas makanannya. Ia tampak serius dengan kata-katanya barusan. Hal itu membuatku merasa bersalah karena telah memperlakukannya dengan buruk.

Kuambil sumpitku lagi. "Makanlah sebelum dingin."

Tapi Jimin tetap diam. Aku bergegas mengambil sumpitnya dan menjejalkannya ke tangan lelaki itu. Ia menerimanya, tapi dirinya masih tetap bergeming. Hal itu membuatku semakin merasa kesal, tapi aku memutuskan untuk diam saja. Akhirnya, Jimin membuka mulutnya setelah beberapa saat.

The Cute Boy I've Met BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang