29

13.3K 1.6K 42
                                    

"Eonni, kenapa beruang itu mau menolongnya?" tanya Na Na padaku.

Aku sedang duduk menyandar di kepala ranjang, sementara Na Na duduk di pangkuanku. Satu tanganku memainkan boneka beruang yang dibelikan oleh Jimin. Aku menunduk menatap gadis kecil itu dan ia balas menatapku.

"Huh?" Aku berpikir sebentar. "Karena sesama makhluk hidup harus saling tolong-menolong."

"Sepertiku?" tanyanya, membuatku heran.

"Sepertimu?"

"Ya. Katanya, semua orang yang ada di sini itu butuh pertolongan."

"Kau benar," aku tersenyum padanya. "Semua orang membutuhkan pertolongan. Jika kau sakit, maka kau harus pergi ke rumah sakit. Jika kendaraanmu rusak, maka kau harus pergi ke bengkel."

"Eonni, apa dokter benar-benar bisa menolongku?"

Aku menatapnya, mencoba memilah-milah jawaban. "Umm ... selama kau menaati apa kata dokter dan selalu minum obat dengan teratur. Kau juga harus makan makanan yang bergizi."

Na Na menyusupkan tangannya ke dalam penutup kepalanya, lalu ia berkata, "Saat aku sembuh, apakah rambutku akan tumbuh lagi?"

Aku tersenyum. "Tentu. Kau bisa memakai bandana dan jepit rambut yang indah."

Na Na merogoh sakunya, mencari-cari sesuatu. Saat menatapnya, tak sengaja sudut mataku menangkap bayangan seseorang. Ken yang sedang berdiri di dekat pintu. Tetapi, ia hanya diam saja mendengarkan percakapan kami.

"Oppa memberikan ini padaku," kata Na Na seraya menunjukkan sebuah jepit rambut. "Katanya, aku bisa memakainya saat rambutku tumbuh lagi."

Aku menatap Na Na dan jepit rambut berbentuk bunga di tangannya yang mungil. "Wah, bagus sekali. Pasti Ken Oppa tidak sabar menunggumu memakainya."

"Kau bisa memakainya sekarang," kata Ken, memutuskan keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan ke arah kami.

"Oppa!" teriak Na Na gembira.

Ken mengambil jepitan rambut di tangan Na Na, lalu menyelipkannya di pinggiran penutup kepalanya. Ia tersenyum, sebelum mengelus kepala Na Na dengan lembut. Aku menatap mereka berdua, ikut tersenyum.

"Jimin sebentar lagi akan ke sini," kata Ken.

"Begitu ...."

Ken mengalihkan pandangannya dari Na Na kepadaku. "Apa kau lelah? Aku akan mengantarmu ke kamarmu jika kau ingin beristirahat."

"Ah, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," jawabku.

Ken baru saja akan membuka mulutnya lagi, tapi telepon genggamku berbunyi. Aku segera merogoh sakuku untuk mengambil benda tersebut, mengusap layarnya, kemudian mendekatkannya ke telinga. Sementara itu, Ken mengangkat Na Na dari pangkuanku dan menggendongnya.

"Jimin-ah ...."

"Kau di mana?"

"Aku di kamar Na Na."

"Apa Ken ada di situ?"

"Ya, dia ada di sini."

"Tetap di situ dan bilang pada Ken untuk jangan pergi dulu."

"Baik."

Ken sedang berdiri di dekat jendela sambil menggendong Na Na. Aku menutup teleponku dan memanggil namanya. Tapi sepertinya ia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, hingga tidak mendengar panggilanku.

Na Na menarik kemeja lelaki itu dan mengisyaratkan bahwa aku memanggilnya. Ken segera menoleh padaku, mendengarkanku mengulangi pesan Jimin untuknya. Ia lalu mengangguk, kemudian kembali melemparkan pandangannya keluar jendela.

The Cute Boy I've Met BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang