Suara laut pada malam hari terdengar jauh lebih mengerikan daripada siang hari. Terutama suara ombak yang bergulung di pantai. Aku bisa merasakan tubuhku menggigil. Bukan karena kedinginan, tapi karena rasa takut yang belum juga hilang dari benakku. Bahkan sampai sekarang.
"Ga Eun-ah," panggil Ji Eun.
"Hmm?"
Ia menatapku dalam cahaya remang-remang. "Kau tidak bisa tidur?"
"Begitulah ...."
"Apa kau ingin bertukar kamar? Suara angin pasti membuatmu tidak bisa memejamkan mata," ujarnya.
"Tidak, tidak usah. Tidurlah lagi, kau tampak lelah. Aku hanya belum terbiasa di tempat baru," kilahku.
"Begitu ...? Sebentar lagi pagi, kau harus segera tidur," katanya seraya berbaring kembali.
"Baiklah," jawabku pendek.
Tak lama, Ji Eun telah kembali tertidur. Aku mencoba menutup mataku rapat-rapat dan membayangkan bahwa aku sedang berada di rumah. Beberapa saat kemudian, aku juga ikut jatuh terlelap.
Saat aku membuka mata keesokan harinya, ranjang di sebelahku telah kosong. Aku menguap dan duduk termenung di pinggir ranjang. Matahari tampak bersinar cerah di luar.
Kedua mataku terasa perih. Efek kalau aku kurang tidur tadi malam. Aku baru saja ingin berbaring kembali saat mendengar suara ketukan pada daun pintu.
"Ga Eun-ah?" Terdengar panggilan seseorang dari luar kamar yang kutempati.
"Ya?" balasku serak, sebelum berjalan ke arah kamar mandi.
"Kau sudah bangun?" Suara Ken terdengar ceria. "Kami akan sarapan, lalu pergi ke pantai."
"Oh, oke."
Setelah membasuh mukaku, kubuka pintu kamar dan mendapati Ken telah berdiri di depanku. Ia memakai baju Hawaii berwarna oranye. Sebuah kacamata hitam bertengger di atas kepalanya.
Ken mengernyitkan dahi. "Kau tampak kurang tidur. Apa kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk. "Aku baik-baik saja kok, hanya masih agak mengantuk. Di mana yang lain?"
"Mereka sudah ada di ruang makan. Ji Eun bilang untuk tidak membangunkanmu dulu sebelum sarapan siap," jelasnya.
"Oh, maafkan aku," ujarku merasa bersalah. "Gara-gara aku terlambat bangun, kalian jadi harus menungguku."
Ken tersenyum. "Tidak apa-apa. Ayo!"
Aku mengikutinya menuju ruang makan. Di sana, semua orang telah duduk di kursi masing-masing. Aku duduk di sebelah Ji Eun dan Ken. Mataku sekilas melirik ke arah Jimin yang duduk tenang agak jauh dariku.
Kami bertujuh makan dalam diam. Setelah selesai, kami duduk-duduk dan mengobrol. Tak lama, Min Ho berdiri dan mulai memberi pengumuman. Kami menatapnya dari kursi masing-masing selagi ia berbicara.
"Ayo ke pantai, aku akan menyiapkan pesta barbeque!"
Semua orang bersorak, kecuali aku dan Jimin. Lalu Ji Eun menatapku, ekspresinya berubah dari senang menjadi murung. Kemudian, ia kembali menatap Min Ho dengan tatapan menyesal.
"Maaf, tapi aku dan Ga Eun akan tetap di sini," ujar Ji Eun.
"Wah, tidak seru!" protes Eric.
"Kami sengaja tidak membawa wanita karena ada kalian di sini," sahut Seol Chan.
"Ada apa memangnya, Ji Eun-ah?" tanya Ken penasaran.
"Tidak ada apa-apa. Kalian bisa bersenang-senang, kami juga akan bersenang-senang di sini," balas Ji Eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomansaNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...