"Maaf, aku terlambat," kataku pada seorang laki-laki yang sedang duduk sendirian di dekat jendela.
"Tak apa."
Laki-laki itu tersenyum. Tetapi, entah mengapa senyumannya terasa menyeramkan. Aku segera duduk untuk menutupi kedua lututku yang gemetar.
"Kau mau pesan apa?" tanyanya sambil melihat-lihat buku menu di tangannya.
"Terserah," jawabku pendek.
Hyun Woo mendongak dari buku menunya, matanya menatap tepat ke arahku. Kalau saja kedua matanya bisa menembakkan peluru, aku pasti telah mati sejak ia mengarahkannya di detik pertama. Kupikir Ji Eun benar, laki-laki ini seperti seorang psikopat. Padahal penampilannya sempurna. Tinggi, tampan, dan tubuhnya juga atletis.
Tetapi, mengingat apa yang pernah ia lakukan padaku hanya memunculkan kenangan buruk saja. Lelaki di hadapanku ini tampak normal ketika kau bertemu dengannya untuk pertama kali. Namun, di balik penampilannya itu terdapat kegilaan yang mengerikan.
"Aku akan memesan apa pun yang Oppa pesan," kataku akhirnya, takut ia tersinggung.
Hyun Woo memanggil pelayan dan mendikte pesanannya. Sementara itu, aku duduk tidak nyaman di kursiku. Aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan pergi dari sini setengah jam lagi.
Setelah pelayan itu pergi, Hyun Woo kembali menatapku. "Bagaimana kabarmu?"
Aku tersenyum kaku. "Aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Baik juga," jawabnya.
"Kapan kau selesai wajib militer?" tanyaku basa-basi.
Hyun Woo tampak berpikir sebelum menjawab, "Seminggu yang lalu. Aku ingin segera menemuimu, tapi ada sesuatu yang harus kukerjakan."
Aku hanya mengangguk pelan. Mataku menatap sekeliling kafe hanya untuk menghindari kontak mata dengan lelaki yang duduk di hadapanku. Aku pura-pura tertarik pada sebuah lukisan bergambar kucing di dekat pintu masuk. Berharap pesanan segera datang dan aku bisa cepat-cepat pergi dari tempat ini.
"Apakah kau bersenang-senang selama dua tahun ini?"
Pertanyaan Hyun Woo yang tiba-tiba mau tidak mau membuatku menoleh padanya. Ia masih menatapku dengan matanya yang tajam. Aku menelan ludah gugup sebelum menjawab pertanyaannya.
"Eoh? Aku hidup seperti biasanya."
"Kau masih marah padaku?" tanyanya lagi.
Aku menggeleng. Aku tidak marah, tapi aku takut padanya. Kejadian dua tahun yang lalu masih bisa kuingat dengan jelas seperti baru terjadi kemarin. Itulah alasan mengapa aku duduk tidak nyaman di kursiku, sedangkan lelaki di depanku tampak santai-santai saja.
"Syukurlah. Aku belum sempat meminta maaf secara langsung karena aku harus berangkat wajib militer."
Aku kembali tersenyum kaku. "Tidak apa-apa."
Kami diam selama beberapa saat sampai pesanan kami datang. Aku mulai menyeruput kopiku meskipun masih agak panas. Hal itu kulakukan agar aku tidak perlu berbasa-basi pada Hyun Woo. Lelaki itu duduk menyandar di kursinya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Akhirnya, aku menyadari tatapannya yang intens padaku.
"Oppa, apa ada yang salah dengan wajahku?" tanyaku jengah.
Hyun Woo menggeleng, lalu ia ikut menyesap kopinya. Tetapi, matanya masih menatapku lewat bagian atas cangkir. Akhirnya, aku tidak tahan lagi. Kuputuskan untuk membuang pandanganku keluar jendela.
"Ga Eun-ah?" panggilnya.
Aku terpaksa harus menoleh padanya. "Hmm?"
"Apa kau sudah punya kekasih?" tanyanya terus terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomansaNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...