Warning 21+!!!
Setelah menghabiskan sekotak ayam goreng dan beberapa kaleng soda, aku dan Jimin sekarang berbaring berdampingan di atas ranjang. Jimin menyisipkan satu lengannya di bawah tubuhku, sementara aku berbaring miring dengan kepalaku menyusup di lekuk lehernya. Kupikir aku akan jatuh tertidur seperti biasanya, tapi mataku masih nyalang menatap ke seberang ruangan.
"Kau tidak bisa tidur?" tanya Jimin sambil menunduk untuk melihat wajahku.
"Eoh, aku belum merasa mengantuk," balasku seraya menjauhkan wajahku untuk menatapnya.
"Apa kau masih lapar?"
Aku tertawa dan menggeleng. "Aku sudah sangat kenyang."
Tangan Jimin yang bebas bergerak untuk mengelus rambutku. "Hei, makanlah yang banyak. Kau terlihat sangat kurus."
"Iya-iya, setelah ini aku akan makan yang sangat banyak. Semua tugasku sudah selesai dan aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu denganmu."
"Benarkah?"
Aku mengangguk. "Jadi, bisakah kita berkencan?"
"Besok?"
Aku mengangguk lagi. "Tapi mungkin agak siang karena aku memiliki jadwal kuliah pagi."
Jimin tampak berpikir sebentar. "Sebenarnya, aku ada praktik peradilan ...."
"Oh," desahku kecewa.
"Bagaimana kalau sore?" tawarnya. "Kita bisa menonton film dan makan malam."
Aku buru-buru mengiyakan. "Jadi, kau harus pulang sekarang?"
"Sepertinya," balasnya tampak tidak rela.
"Begitu," tanggapku seraya bangkit untuk duduk.
Jimin ikut bangkit dan duduk di hadapanku. Tangannya lalu terulur untuk menangkup pipiku. Aku balas menggenggam pergelangan tangannya dan mengelusnya pelan dengan ibu jariku.
"Tidurlah, kau tampak sangat lelah," bujuknya.
Aku menatapnya memohon. "Umm, tidak bisakah kau menginap malam ini?"
Jimin tersenyum. "Baiklah, aku akan langsung ke kampus besok pagi. Sekarang, tidurlah."
Aku mengangguk dan Jimin membantuku berbaring. Setelah itu, ia ikut berbaring di sebelahku. Aku bisa merasakan tubuhnya yang hangat dalam pelukanku.
Aku mencoba memejamkan mata, tapi percuma. Aku benar-benar tidak bisa terlelap. Aku menatap Jimin yang sudah memejamkan matanya, meskipun aku tahu ia juga sedang berusaha untuk tidur.
"Jimin-ah?" panggilku.
Lelaki itu membuka matanya. "Yes, baby?"
"Can we ...." Aku berdeham. "Can we making out? I can't sleep ...."
Jimin tersenyum meskipun tampak lelah. "Sure ...."
Beberapa saat kemudian, aku menyadari bahwa lelaki di sebelahku ini telah mengantuk. "Maybe next time, you look so tired. Let's go to sleep."
Mendengar perkataanku, senyumannya semakin lebar. Ia segera melepaskan diri dariku, hingga beberapa detik kemudian ia sudah mengungkungku dengan tubuhnya yang atletis. Kami sudah sering melakukan hal seperti ini, bahkan lebih, tapi aku masih tetap berdebar.
"How can I refuse my precious girlfriend?" kerlingnya, membuatku menelan ludah gugup.
Setelah bilang begitu, ia menunduk untuk mencecap bibirku dengan bibirnya. Aku lalu mengalungkan kedua lenganku ke lehernya. Mata kami berdua menutup seiring dengan ciuman kami yang semakin dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...