Kami menatap mobil di hadapan kami dengan raut wajah kosong. Di vila ini hanya tersedia satu mobil. Kendaraan tersebut keluaran Hyundai dengan empat kursi di dalamnya. Sementara itu, kami ada lima orang.
"Bagaimana ini?" tanya Jimin sambil menoleh untuk menatap kami.
Aku menggaruk rambutku yang tidak gatal. "Aku bisa tetap berada di vila ...."
Jimin segera memotongku, "Kalau kau tetap di sini, aku juga tetap berada di sini."
"Yaaa, itu tidak mengasyikkan!" protes Min Ho. "Eric tidak ada dan kau juga tidak mau ikut?"
"Lalu bagaimana?" balas Jimin sambil menatap Min Ho.
"Tempat yang akan kita kunjungi tidak jauh dari sini sih. Mungkin hanya sekitar sepuluh sampai lima belas menit berkendara dengan mobil," kali ini Ken yang bicara.
"Kalian bertiga bisa duduk di belakang," usul Seol Chan. "Ken dan aku duduk di depan."
"Yaaa!" Min Ho kembali mengajukan protes. "Kenapa bukan kau saja yang duduk di belakang?"
Seol Chan berdecak. "Kalau aku yang duduk di sana pasti tidak muat, bodoh."
"Sialan, mana muat buat kami bertiga?" semprot Min Ho.
"Sudah-sudah, Ga Eun akan duduk di pangkuanku. Beres, 'kan?" lerai Jimin.
Aku segera menatap Jimin terkejut. "APA?!"
Jimin hanya balas menatapku sambil menyeringai lebar. "Apanya yang apa?"
Min Ho segera melirikku sebal karena aku berteriak di dekatnya. "Yaaa, tidak usah memasang wajah kaget begitu. Bukankah kau biasa duduk di pangkuannya?"
Mataku sekarang menatap Min Ho dengan tatapan siap membunuh. Laki-laki ini benar-benar tidak bisa menjaga mulutnya. Perkataannya tadi membangkitkan kenangan burukku tentang videoku dengan Jimin. Dia pasti melihatku duduk di pangkuan Jimin dari rekaman video tersebut.
"Berhentilah menggodanya, Min Ho-ya," desah Ken. "Kau juga Jimin-ah. Meskipun kau memang mesum, tapi jagalah perasaan kekasihmu."
"Yaaa, aku selalu menjaga perasaannya!" protes Jimin keras. "Aku berbeda denganmu yang selalu memangku gadis-gadis yang berbeda tiap kali kita bertemu."
Pipi Ken tampak sedikit merona. "Kau ini!"
Seol Chan yang sejak tadi hanya berdiri menyandar pada badan mobil segera menyahut, "Jadi pergi atau tidak? Kalau tidak jadi, aku ingin tidur."
"Ayo berangkat!" seru Jimin ceria.
Ken segera berjalan ke arah kursi pengemudi dan duduk di sana. Seol Chan ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi di sebelahnya. Min Ho menempati kursi di belakang, diikuti oleh Jimin. Mereka berempat sudah duduk manis di bangku masing-masing, tapi aku masih berdiri kaku di tempatku.
"Kemari sekarang juga," perintah Jimin, tatapannya terpaku padaku dengan senyuman miringnya yang menyebalkan.
Ken dan Seol Chan ikut menatapku tanpa mengatakan apa pun. Min Ho memandang ke luar jendela dengan tampang cuek. Aku menelan ludah gugup saat melihat paha Jimin yang tampak memanggil-manggilku supaya segera duduk di atasnya.
Tapi ini benar-benar memalukan, batinku.
"Aku ... aku akan tinggal di vila," ujarku terbata-bata.
Min Ho yang tadinya cuek, sekarang menatapku dengan tidak sabar. "Kalau kau tidak mau duduk di pangkuannya, kau bisa duduk di pangkuanku."
"YAAA!" raung Jimin. "Akan kupecahkan kepalamu dulu sebelum dia sempat mendekat padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...