Aku menatap Jimin yang sudah mabuk berat. Pipinya menempel di atas meja dengan mata tertutup rapat. Wajahnya sudah semerah daging mentah di dekatnya yang belum sempat dipanggang.
Aku lalu menatap botol-botol soju yang berjajar di depanku. Kuhitung jumlah botol yang kosong. Satu, dua ... aku terus menghitung sampai hitunganku berhenti di angka empat.
Luar biasa. Dia menghabiskan tiga botol berisi soju seorang diri. Sementara kami bertiga hanya mampu meminum sebotol saja. Bahkan aku cuma meneguk segelas kecil soju sebagai basa-basi belaka.
Tiba-tiba, Jimin mengangkat kepalanya. Sekarang, bukan hanya aku, tapi Ken dan Hye Mi juga memandanginya dengan rasa penasaran. Kedua mata lelaki itu masih tertutup, tapi kepalanya menoleh ke sana kemari seperti sedang mencari sesuatu. Hye Mi yang duduk di sampingnya mencoba menepuk bahunya pelan.
"Jimin-ah, kau sudah sangat mabuk," katanya.
Jimin membuka matanya, lalu menyipit menatap Hye Mi. "Aku tidak pernah mabuk."
Setelah bilang begitu, ia kembali menempelkan pipinya ke atas meja. Padahal jelas-jelas dirinya sudah sangat mabuk. Kata-kata yang ia ucapkan tidak terlalu terdengar jelas karena nadanya yang merengek.
"Terserah kau saja," balas Hye Mi, ia lalu menoleh ke arah kami. "Kalian bisa pergi duluan."
"Bagaimana dengan kalian?" tanyaku.
Hye Mi mengedipkan sebelah matanya. "Aku akan mengantarnya pulang. Bisakah kau menuliskan alamatnya padaku?"
"Oh?" balasku tergagap. "Ten-tentu. Aku akan mengirimkannya lewat Line."
Aku segera mengaduk-aduk tas tanganku dan mengeluarkan ponsel. Kubuka kontak Hye Mi dan mulai menuliskan alamat Jimin. Namun, aku membutuhkan waktu yang agak lama karena tanganku gemetar. Selama ini, gadis yang selalu singgah di apartemen Jimin hanyalah aku. Saat memikirkan ada gadis lain yang akan masuk ke apartemennya, aku merasa benar-benar tidak nyaman.
"Sudah?" tanya Hye Mi yang menatap lekat padaku.
Aku segera tersadar. "Eoh. Aku baru saja akan mengirimkannya."
Aku memeriksa pesan yang akan kukirim sekali lagi sebelum menekan tombol send. Aku mendongak untuk menatap Hye Mi. Gadis itu sedang mengecek pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
"Sudah masuk. Nomor teleponmu baru, ya?" katanya, matanya masih melekat pada layar ponsel. "Oh, aku tahu tempat ini."
"Sepertinya Jimin sudah benar-benar mabuk. Jika kau membiarkannya, ia akan meminta soju lagi," kali ini Ken yang berbicara setelah sedari tadi hanya diam dan menyimak apa yang kami lakukan.
Baru saja Ken menutup mulutnya, Jimin bangkit dari duduknya. Ia berdiri limbung, membuat kami menatapnya waswas. Hye Mi dengan gesit segera menarik lengannya agar duduk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomansaNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...