Hari demi hari terus berlalu sejak Jimin mengakhiri hubungan kami. Aku memutuskan untuk kembali melakukan aktivitasku seperti biasa. Tubuhku sudah sehat seperti sedia kala dan aku bisa melakukan kegiatanku tanpa hambatan.
Aku mulai mencoba melupakan Jimin. Aku bekerja lebih keras dari biasanya supaya aku tidak perlu memikirkan lelaki itu lagi. Di kantor, aku hanya berkonsentrasi pada setiap pekerjaan yang harus kukerjakan. Mulai dari hal yang sepele sampai ke hal-hal yang sangat penting. Itu cukup membantuku untuk tidak lagi memikirkan Jimin.
Karyawan yang bekerja di Midnight News sudah mulai bisa menerimaku sebagai bagian dari mereka. Beberapa kali, Hakyeon seonbae mengajakku keluar untuk meliput berita. Ye jagga juga sudah mulai mempercayakan pekerjaan-pekerjaan penting padaku. Pokoknya, semua orang di sana bersikap sangat baik padaku.
Hanya saja, tiap kali pulang ke rumah, mau tidak mau kenangan tentang Jimin menyeruak dari benakku. Bagaimana biasanya ia akan duduk di depan teras atau tertidur di ranjang ketika menungguku pulang. Bagaimana kami biasanya menonton drama atau film di laptopku. Atau bagaimana kami biasanya tidur berpelukan di bawah selimut yang hangat.
Jimin juga meninggalkan berbagai jejak di rumahku. Rasanya aku masih bisa mencium bau parfumnya tiap kali pulang. Beberapa pakaian dan barang-barangnya masih ada di rumah. Misalnya, sepasang sepatu yang sengaja ia tinggalkan sebagai penjagaku. Ada beberapa kemeja, kaos, dan hoodie yang tersimpan di lemariku. Juga celana boxer miliknya yang kupungut dari kolong ranjang.
Tiap kali melihat benda-benda itu, aku tidak bisa mencegah air mataku agar tidak keluar. Aku akan tergugu di pinggir ranjang atau di depan lemari dengan salah satu barang milik Jimin di telapak tanganku. Pada akhirnya, aku harus mengumpulkan semua benda miliknya dan menaruhnya ke dalam sebuah kotak kardus.
Tak lupa, foto-foto kami yang tadinya kutempel di dinding juga kumasukkan ke dalam sana. Wajahku dan wajah Jimin selalu terlihat ceria di kolase foto tersebut. Namun, melihatnya hanya membuat hatiku semakin terluka. Kutaruh kotak kardus yang berisi barang-barang kepunyaan Jimin di sudut lemari agar aku tidak perlu melihatnya lagi.
Aku mencoba bersikap seperti biasa agar keluarga dan teman-temanku tidak merasa khawatir. Meskipun harus kuakui, ini adalah patah hati terhebat selama hidupku. Aku memang pernah menyukai orang lain sebelum Jimin, tapi itu hanya sebatas kekaguman belaka. Biasanya, aku tidak berani mengungkapkan perasaanku pada orang yang kukagumi dan berakhir dengan cinta bertepuk sebelah tangan.
Jiminlah lelaki pertama yang membuatku bisa merasakan perasaan jatuh cinta. Kupikir hubungan kami akan terus baik-baik saja, tapi ternyata itu hanyalah harapanku semata. Sampai detik ini, aku masih berusaha untuk tidak menyalahkan diriku sendiri atas kandasnya hubungan kami.
Meskipun hubungan asmaraku dengan Jimin telah berakhir, pertemananku dengan teman segengnya masih baik. Terutama hubungan pertemananku dengan Ken. Lelaki itu kadang mengajakku makan di luar ketika kami sama-sama memiliki waktu luang. Beberapa kali, ia mengajakku keluar namun aku terpaksa menolaknya dengan halus karena kesibukanku. Tetapi, aku sadar kalau aku tidak bisa terus-menerus menolak kebaikannya.
Sekarang, aku sedang berdiri di samping Ken. Saat ini sudah memasuki pertengahan musim gugur. Suhu udara semakin menurun, bahkan bisa mencapai enam derajat Celcius. Meskipun udara terasa membeku, tapi hari ini aku lebih bersemangat daripada biasanya.
Aku dan Ken baru saja masuk ke dalam bagian indoor theme park milik Lotte World. Di hadapan kami, terpampang berbagai atraksi dan wahana permainan. Ada berbagai macam hiburan yang bisa kau nikmati, seperti Folk Museum, Ice Skating, Lotte World Aquarium, dan lain sebagainya.
Karena sekarang sedang memasuki musim gugur, maka atraksi yang dipertontonkan adalah Festival Halloween. Kalau kau datang ke sini pada musim semi, kau bisa melihat Festival Topeng. Atau kau bisa menonton Parade Selamat Natal jika datang ke sini pada musim dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...