"Ah, benar-benar! Bisakah kalian membawanya pergi dari sini? Dia sudah sangat mabuk," keluh pemilik warung.
Aku membungkuk untuk meminta maaf. Tanganku masih menggenggam tangan Jimin yang sekarang terbalut sapu tangan. Tadi, ia meremas gelas soju sampai pecah, menyebabkan telapak tangannya terluka.
"Kalian pulang saja dulu," kataku pada Ken dan Hye Mi.
"Bagaimana denganmu? Kau mau mengantarnya?" tanya Hye Mi.
Aku mengangguk. "Aku akan menelepon sopir panggilan."
"Aku akan mengantarmu dan Jimin. Pakai mobilku saja," saran Ken.
"Baiklah kalau begitu. Ayo, kita pulang, Jimin-ah," kataku sambil mencoba menarik Jimin untuk berdiri dari duduknya.
"Tidak mau!" tolaknya, wajahnya tampak tertekuk karena mabuk.
"Kalau begitu, aku akan meninggalkanmu di sini," ancamku.
Jimin mendongak menatapku. "Kau mau meninggalkanku lagi? Kau dan Ken?"
Aku diam saja. Hal itu membuatnya kesal. Ia lalu menarik bagian bawah pakaianku dan mencengkeramnya erat-erat.
"Tidak! Kau tidak boleh pergi," katanya lagi.
"Oke ... oke .... Aku tidak akan pergi. Sekarang, ayo kita pulang."
"Tanpa Ken?"
Aku mendesah. "Tanpa Ken."
Aku lalu menoleh pada Ken. "Pergilah. Aku akan mengantarnya pulang. Kalau perlu, aku akan menyeretnya dengan paksa."
"Kau juga Hye Mi, maafkan aku karena kau jadi ikut kerepotan," kataku pada Hye Mi.
Hye Mi menguap. "Kupikir aku bisa berkencan dengannya dengan tenang. Tapi sepertinya dia belum bisa melupakanmu."
Kata-kata Hye Mi membuatku tersipu. Aku pura-pura sibuk mencari ponselku untuk memanggil jasa layanan sopir. Setelah itu, aku fokus berbicara dengan orang yang kutelepon sehingga pembicaraan Ken dan Hye Mi hanya terdengar samar-samar di telingaku.
"Kau menyerah?" seringai Ken.
Hye Mi mengangkat bahunya. "Aku tidak masalah berkencan dengan mantan pacar dari temanku. Tapi jika dia begini setiap malam, aku bisa gila."
"Hahaha, kau gampang menyerah rupanya," ujar Ken.
Hye Mi gantian menyeringai. "Kau sendiri bagaimana? Masih ingin memperjuangkan gadismu?"
"Hah?"
"Oh ayolah, jangan berpura-pura. Posisimu sedang terancam sekarang."
Ken tersenyum. "Aku tidak akan menyerah sampai gadis itu sendiri yang menyuruhku untuk melupakannya."
"Kalian membicarakan apa?" tanyaku heran setelah selesai menelepon layanan sopir panggilan.
Ken tertawa renyah. "Bukan apa-apa."
Hye Mi menguap lagi. "Ah, aku benar-benar mengantuk. Ken, bisakah kau mengantarku pulang? Aku sengaja tidak membawa mobil agar bisa bersama Jimin."
Ken mengangguk, lalu menatapku. "Kau tidak apa-apa kutinggal sendirian di sini?"
Giliranku yang mengangguk. "Pulanglah. Sebentar lagi kami juga akan pulang."
"Baiklah. Hati-hati di jalan," balas Ken sebelum melangkah keluar dari warung makan.
Hye Mi mengedip padaku. "Kalau sampai kau kembali berpacaran dengan Jimin, kau harus mentraktirku."
"Aku tidak berpikir untuk kembali-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomansaNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...