Ji Eun melambai ke arah kami. Ia menepuk bangku kosong di sebelah kirinya, sementara di sebelah kanannya telah diisi oleh Min Ho, Seol Chan, dan Ken. Ketiga laki-laki itu menoleh ke arah kami sambil memasang senyum lebar. Aku balas melambaikan tangan pada mereka sambil menyeret lengan Jimin menuju ke arah bangku yang mereka duduki.
"Yaaa, kenapa lama sekali?" bisik Ji Eun saat aku telah duduk di sebelahnya.
"Maaf. Apa sudah dimulai?" tanyaku padanya.
"Belum mulai sih," jawabnya sambil nyengir.
Aku berdecak, lalu menoleh ke arah Jimin yang duduk menyandar di kursinya. Kakinya menyilang sementara tatapannya lurus ke depan. Aku mendekatkan tubuhku padanya hingga aku bisa mencium bau parfumnya yang baru.
"Jimin," panggilku.
Ia menoleh. "Hmm?"
"Kau mau duduk di tempat Ji Eun?" tanyaku.
"Kenapa memangnya?" tanyanya balik.
"Kau bisa mengobrol dengan mereka. Aku bisa mengobrol dengan Ji Eun."
Jimin memiringkan kepalanya. "Kau tidak mau mengobrol denganku?"
"Bukan begitu. Kita bertemu hampir setiap hari, tapi kulihat kau jarang bersama teman-temanmu lagi. Setidaknya sapalah mereka sekarang, oke?"
Jimin tampak berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepalanya. Aku berdiri dan menyenggol lengan Ji Eun. Gadis itu menatapku bingung.
"Duduklah di sini," kataku sambil menunjuk kursi yang baru saja kududuki.
"Ada apa? Kenapa pindah?" tanya Ji Eun.
"Aku ingin mengobrol denganmu, sementara Jimin bisa mengobrol dengan teman-temannya."
"Oh, oke."
Tak lama, kami telah duduk di kursi masing-masing. Aku melirik ke arah Jimin yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Aku senang melihatnya tertawa denganku, tapi ia juga harus tertawa bersama orang lain. Setiap kali teman-temannya memintanya untuk datang atau menongkrong bersama mereka, ia selalu menolak. Aku tidak ingin menjadi penghalang di antara dirinya dan sahabat-sahabatnya yang selalu ada untuknya sejak kecil.
"Kalau kau ingin berada di dekatnya, kenapa menyuruhnya duduk di sana?" bisik Ji Eun padaku.
Aku beralih menatap Ji Eun, lalu memutar bola mataku. "Aku hanya ingin melihatnya. Apakah tidak boleh?"
Giliran Ji Eun yang memutar bola matanya. "Yaaa. Kau bisa melihatnya tujuh hari dalam seminggu, dua puluh empat jam sehari. Apa itu masih kurang untukmu?"
"Hentikan. Kau kira kami tidak ada kerjaan hingga bisa bertemu setiap hari?"
"Kenapa kalian tidak tinggal bersama saja?" godanya.
"Yaaa, berhenti berbicara hal konyol. Lihat, MC-nya sudah keluar," balasku sambil menunjuk seorang MC laki-laki yang berjalan keluar dari balik panggung.
MC itu menyapa para pemirsa baik di studio maupun yang sedang menonton acara ini di rumah. Ia memperkenalkan dirinya sebelum memperkenalkan acara baru yang tayang perdana pada malam ini. setelah berbasa-basi sebentar, ia mulai mempersilakan peserta pertama untuk naik ke atas panggung.
Seorang gadis yang memakai gaun berwarna putih gading berdiri di depan stand mic. Rambutnya yang pendek sebahu dibiarkan terurai. Tangannya gemetar saat mencoba memegang mikrofon di hadapannya. Gadis itu jelas-jelas terlihat gugup, tapi ia berusaha keras mencoba terlihat baik-baik saja. Tak lama, musik mulai mengalun dan ia menyanyikan "Waiting" milik Younha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...