"Ga Eun-ah, kau tidak apa-apa?" tanya Ken.
Ken sedang setengah membungkuk di depanku. Tangan kirinya bertumpu pada lutut, sedangkan tangan kanannya terulur ke arahku. Kami masih menatap satu sama lain sampai Ken kembali menanyakan apakah aku baik-baik saja.
Aku cepat-cepat menghapus bekas air mataku yang sudah mulai mengering. Dengan ragu-ragu, aku ikut mengulurkan tanganku. Ken kemudian menarikku agar bisa berdiri. Setelah berdiri di hadapannya, aku hanya menunduk sambil meremas tanganku di depan perut.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Ken lagi.
Aku akhirnya mendongak untuk menatapnya. "Eoh ...."
Ken mengamati wajahku lebih cermat. "Apa kau terluka?"
Kali ini aku menggeleng. "Tidak ...."
"Apa yang terjadi padamu?"
"Tidak ...." Aku berdeham. "Tidak ada yang terjadi."
Lelaki itu diam selama beberapa saat. Matanya mengawasiku, menatapku dari atas ke bawah. Sepertinya ia sedang memastikan aku benar-benar tidak terluka. Setelah yakin tubuhku baik-baik saja, ia kembali menatap mataku.
"Kau mau pulang? Biar kuantar sampai rumah," tawarnya.
"Aku ... aku bisa pulang sendiri. Terima kasih atas tawaranmu, Ken," tolakku halus.
Ken melihat jam di pergelangan tangannya. "Ini sudah larut malam, Ga Eun-ah. Akan sulit untuk mendapatkan taksi di malam selarut ini."
Aku mencoba tersenyum untuk pertama kalinya meskipun terlihat dipaksakan. "Tidak apa-apa, aku pasti akan mendapatkannya."
"Apa ada alasan kenapa aku tidak boleh mengantarmu pulang? Apa Jimin melarangmu pergi bersamaku setelah apa yang dia lakukan barusan?" cecarnya.
Senyumku memudar dan aku kini menatap Ken dengan raut wajah terkejut. "Kau mendengar semuanya?"
Ia menggeleng. "Aku melihat Jimin keluar dari sini saat akan pergi ke toilet. Lalu aku melihatmu menangis sendirian. Aku tidak tahu apa yang telah ia lakukan padamu, tapi itu pasti sangat menyakitimu."
Aku menelan ludah. "Begitulah ...."
"Kalian bertengkar?" selidiknya.
"Eoh," dustaku.
Aku ingin kami hanya bertengkar seperti biasanya. Berdebat selama beberapa jam, namun kembali saling memeluk ketika telah berbaikan. Tapi tidak untuk kali ini. Hubungan kami telah hancur dan alasannya benar-benar membuatku kehilangan kata-kata. Jimin memutuskanku karena ia sudah tidak mencintaiku. Oh, bahkan mungkin ia tidak pernah benar-benar menyukaiku.
Sedangkan aku dengan bodohnya menyerahkan apa pun untuknya, termasuk hatiku ....
Aku mengedipkan mataku selama beberapa kali untuk mencegahku menangis lagi. "Ken ... kurasa aku sedang tidak dalam kondisi yang baik sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...