"Waaah, Pulau Jeju!" seruku.
Jimin menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum saat melihatku telah berlari senang menuruni pesawat. Jimin ikut turun sambil sesekali berteriak padaku untuk berhati-hati. Min Ho, Ken, dan Seol Chan berjalan di belakangnya sambil menyeret koper atau menenteng tas masing-masing. Koperku sendiri telah dibawakan oleh Jimin, sedangkan ia hanya membawa tas berukuran sedang berwarna hitam.
Pesawat pribadi milik keluarga Min Ho sekarang telah kembali naik, meninggalkan kami berlima di Pulau Jeju yang indah. Jimin telah berhasil menyusulku. Kami berjalan beriringan diikuti ketiga temannya di belakang kami. Ma Henry menyambut kami di depan pintu masuk vila. Ia melambaikan tangannya. Kami balas tersenyum kepadanya.
Aku ternganga melihat betapa mewahnya vila yang akan kami tempati. Vila milik keluarga Cho Min Ho yang menurutku luar biasa, masih kalah mewah dengan vila di hadapanku. Dari luar saja, properti milik bos M Konstruksi ini terlihat begitu besar dan megah.
"Hyeong, lama tidak bertemu," sapa Jimin setelah sampai di hadapan Henry, membuatku segera tersadar dari kekagumanku.
Henry tertawa dan mengangkat kedua tangannya. "Jimin-ah!"
Jimin segera meletakkan barang bawaannya untuk menyambut pelukan Henry.
Setelah selesai berpelukan, kekasihku berkata, "Terima kasih telah mengizinkan kami berlibur di sini."
"Hyeong!" sapa Min Ho, Ken, dan Seol Chan.
Min Ho, Ken, dan Seol Chan bergiliran memeluk Henry. Aku hanya berdiri di tempatku sambil tersenyum menatap mereka. Setelah mereka selesai, aku menundukkan kepalaku pada Henry yang dibalas dengan senyuman ramah.
"Tumben kau memperbolehkan kami menginap di vila-mu," komentar Ken.
"Iya, biasanya kau tidak mengizinkan kami menginap di sini karena takut kami akan berbuat onar," tambah Min Ho.
Henry tertawa sebelum kembali menatapku. "Berterima kasihlah pada gadis cantik ini. Aku hanya ingin membalas kebaikannya."
Pipiku memerah. "Apa yang Anda bicarakan? Saya tidak berbuat apa pun."
Henry tertawa. "Kenapa kau kaku sekali? Panggil saja Henry Oppa supaya kita bisa lebih akrab."
Jimin segera memprotes, "Heol, dia bahkan tidak mau memanggilku Oppa."
Giliranku yang memprotes, "Yaaa, aku lebih tua darimu beberapa bulan. Kenapa aku harus memanggilmu Oppa?"
Jimin menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, kau mau kupanggil Noona? Oh, ahjumma mungkin? Atau malah halmeoni¹?"
"Augh!" Aku melotot padanya.
Henry tertawa lagi. "Kalian memang pasangan yang lucu. Jangan hanya berdiri di sini saja, ayo masuk!"
Kami berjalan memasuki halaman vila. Di halaman, rumput-rumput berwarna hijau tampak dipotong dengan rapi. Aku menatap bangunan vila yang desainnya tampak modern. Lalu, aku menoleh ke belakangku, ke arah hamparan laut dan persawahan yang terlihat jelas. Tempat ini sengaja dibangun di atas bukit, sehingga penghuninya bisa menikmati pemandangan di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...