21

15.3K 1.7K 77
                                    

"Kenapa kalian harus duduk di depanku?" tanya Eric sambil mengernyit menatap kami.

Aku mengabaikannya dan memilih memandang keluar jendela. Bahu kananku sedari tadi sudah pegal karena Jimin menyandarkan kepalanya di sana. Pesawat yang kami tumpangi sudah lepas landas beberapa jam yang lalu, meninggalkan Da Nang yang indah.

"Yaaa, jangan ganggu mereka," kata Ken yang duduk tepat di hadapanku.

Tiba-tiba, Jimin menarik satu tanganku lalu mengecupnya lembut. Hal itu membuatku menoleh padanya dengan terkejut. Tapi matanya masih menatap lurus ke depan, ke arah Eric yang segera menampilkan seringai jijik. Ken yang duduk di seberangku hanya mendengus menahan tawa.

"Carilah pacar agar kau tidak perlu mengganggu kami," kata Jimin sambil tersenyum tanpa dosa.

Jimin masih menggenggam tanganku erat. Aku tidak bisa melepaskannya karena semua orang sedang menatap kami dengan berbagai macam ekspresi. Sebagai gantinya, aku hanya tersenyum masam. Aku senang ia kembali menjadi Jimin yang biasanya, tapi ya jangan sampai mempermalukanku di depan umum begini.

"Ini masih mendingan. Kau tidak tahu apa yang kulihat kemarin," timpal Min Ho seraya menggelengkan kepalanya seolah-olah mengusir kenangan buruk.

Min Ho selalu mengatakan apa pun yang ia suka. Hal itu membuatku waswas. Tanpa sadar, aku mengepalkan tanganku yang masih digenggam oleh Jimin. Sepertinya, Jimin merasakannya. Ia segera balas menggenggam tanganku dengan lembut.

"Yaaa, urus saja urusan kalian sendiri!" katanya seraya melemparkan pandangan tajam ke arah Min Ho.

"Kau benar-benar seperti budak cinta, Jimin-ah," ejek Min Ho yang disambut tawa Eric dan Seol Chan.

Ken tampak tidak peduli dan lebih memilih memandang keluar jendela. Ji Eun mengernyitkan dahinya. Aku hanya menunduk menatap lantai. Lelaki menyebalkan di sebelahku sudah siap mengajak berkelahi.

"Min Ho ... hentikan," mohon Ji Eun.

Mungkin karena permintaan Ji Eun, Min Ho akhirnya menutup mulutnya. Setelah itu, Jimin kembali berbalik padaku. Ia mencondongkan tubuhnya ke arahku, lalu kedua tangannya terangkat untuk menutup telingaku.

"Jangan dengarkan ya, mereka hanya iri," ujarnya sambil tersenyum.

"Yaiks!" respons Eric dan Min Ho bergidik.

Wajah Jimin sangat dekat dengan wajahku. Aku benar-benar ingin menyundul dahinya dengan dahiku. Tetapi, pertanyaan Seol Chan segera menghentikan niatku.

"Kudengar, kalian tidur sekamar?" tanyanya tanpa dosa.

"Tidak!" teriakku, Ji Eun, dan Jimin bersamaan.

"Yaaa, kami hanya bertukar kamar!" jelas Ji Eun.

"Bertukar kamar?" tanya Seol Chan lagi.

Jimin ingin mengatakan sesuatu, tapi aku segera memotong, "Aku tidak bisa tidur karena suara angin laut."

Semua orang sekarang memandangku, kecuali Ji Eun. Ia menatap lurus ke depan dengan pandangan yang sulit ditebak. Bibirnya terlihat gemetar. Lalu, ia memandang teman-temannya satu per satu.

"Ga Eun itu temanku dan aku tidak membawanya ke sini untuk kalian ganggu. Ya, tadi malam dia memang tidur di kamar Jimin. Tapi ia bersamaku," jelasnya.

The Cute Boy I've Met BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang