Aku sedang berjalan pulang ke rumah saat terdengar dering telepon dari dalam tasku. Setelah mengaduk-aduk isi tas sejenak, akhirnya aku berhasil menemukan benda yang kucari. Nama dan profil Jimin terpampang di layar.
"Ada apa?" tanyaku.
Terdengar suara lalu lalang kendaraan di seberang sana. "Kau sudah pulang?"
"Sudah. Aku sedang berjalan pulang ke rumah. Kenapa memangnya?"
"Di mana? Tunggu di sana, aku akan menjemputmu."
"Aku sudah hampir sampai. Tunggulah di rumah."
"Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu di sana."
Aku menggumam setuju. Kututup sambungan telepon dari Jimin dan kumasukkan kembali ponselku ke dalam tas. Setelah berjalan sekitar satu blok, akhirnya aku sampai juga di rumah. Jimin yang sedang menunggu di depan teras, segera bangkit berdiri begitu melihatku.
Aku berjalan ke arahnya dan tersenyum. "Sudah lama menungguku?"
Jimin menggeleng."Tidak lama, tapi bagiku terasa sangat lama."
Aku tertawa kecil. "Kau sudah makan?"
Jimin menggeleng lagi. "Buatkan aku makanan."
Aku mengangguk setuju, lalu berjalan melewatinya untuk membuka pintu rumah. Kurasakan satu lengan Jimin melingkar di leherku, sementara ia menumpukan kepalanya di bahuku. Aku bisa mencium bau wangi dari tubuhnya, sepertinya ia baru saja mengganti parfumnya.
"Kau berselingkuh dariku, ya?"
"Hah? Apa yang kau katakan?" tanyanya bingung.
"Baumu lain."
"Astaga, kau mengejutkanku. Aku baru saja mengganti parfumku. Kau tidak menyukainya?"
Aku terkikik, membuat Jimin berdecak kesal. Ia lalu menyingkirkan rambut yang menutupi telinga kananku, lalu digigitnya telinga kananku pelan. Aku segera menyikut perutnya dengan sikuku, membuatnya buru-buru melepaskan gigitannya.
"Lepaskan aku atau tidak ada makanan untukmu," ancamku saat akhirnya aku berhasil membuka pintu.
"Hmm ...." Jimin hanya menggumam.
"Ada apa kau kemari? Tadi malam kau baru saja tidur di sini," ujarku setelah berhasil melepaskan diri dari dekapan Jimin.
Kemarin, kami pergi ke rumah lamanya untuk sekadar memeriksa apakah sudah dibersihkan atau belum. Kami tidak sempat beristirahat karena pergi terlalu sore. Setelah mengantarku, aku menawari Jimin agar menginap di rumahku dan ia langsung setuju. Tadi pagi, ia buru-buru ke kampus karena ada mata kuliah yang harus dihadirinya.
Aku masuk ke dalam rumah, lalu meletakkan tasku ke atas ranjang. Setelah itu, aku berjalan menuju ke dapur sambil mengikat rambut panjangku. Jimin mengikuti di belakangku setelah selesai menutup pintu.
"Hm? Ada apa?" ulangku saat lelaki itu tidak segera menjawab pertanyaanku.
"Aku hanya ingin mengajakmu keluar," balasnya.
Kami sedang berdiri berdampingan di dekat meja dapur. Aku menoleh menghadap Jimin. Ia balas menatapku sembari menyisipkan helaian rambutku yang berantakan ke balik telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cute Boy I've Met Before
RomanceNamanya Park Jimin. Dia yang mencuri ciuman pertamaku. Dia juga satu-satunya orang yang berani menyentuhku. Kupikir aku telah terbebas darinya, tapi takdir terkadang senang mempermainkan manusia. --Seo Ga Eun-- So, before you turn the page, you can...