18

13.9K 1.6K 51
                                    

Selama sisa hari itu, Jimin tidak mau bicara padaku. Aku mulai bertanya-tanya apakah aku atau dirinya yang seharusnya marah. Tadi pagi, ia jelas-jelas melakukan pelecehan seksual padaku. Padahal perjanjian kami adalah ia tidak akan memaksa untuk menyentuhku jika aku tidak mau. Lebih parah lagi, ia melakukannya di hadapan orang lain. Namun, mengapa malah dirinya yang sekarang menghindar dariku?

"Ga Eun-ah!" teriak Ji Eun. "Kau tidak mendengarkanku, ya?"

"Eh? Apa? Kau bilang apa?" tanyaku bingung.

"Ada apa denganmu dan Jimin? Sepertinya kalian sedang ada masalah," ujarnya. "Jimin diam saja sejak tadi, sedangkan kerjaanmu hanya melamun terus."

Kami sedang duduk di pinggir kolam renang. Mencelupkan kaki ke dalam air sambil menatap matahari yang mulai tenggelam di kejauhan. Laut tampak berwarna keemasan, memantulkan cahaya matahari sore. Aku tidak tahu kalau matahari terbenam bisa seindah ini.

"Mungkin ia hanya letih," kilahku. "Aku juga merasa sedikit lelah."

Ji Eun tampak tidak percaya pada ucapanku, lalu katanya, "Meskipun lelah, seharusnya ia tidak mengabaikanmu seperti ini."

Kami berdua tidak memperhatikan kalau Ken dan Seol Chan telah berdiri di sebelah kami. Sesuatu memercik ke wajahku. Ken tertawa manis sementara tangannya kembali memercikkan air kolam ke arahku dan Ji Eun.

"Yaaa, hentikan, Ken!" protes Ji Eun sambil melindungi wajahnya dengan kedua tangan.

"Kalian tidak ingin berenang?" tanya Seol Chan, sebelum menceburkan diri ke dalam kolam.

Air memercik ke segala arah, terutama ke arah kami bertiga yang duduk di pinggir kolam. Setelah menggerutu sebentar, Ken ikut menyusul Seol Chan. Air kembali memercik ke arahku dan Ji Eun. Kami berteriak memprotes, tapi kedua laki-laki itu telah berenang menjauh.

"Ayo lekas kemari!" panggil Ken sambil melambaikan tangannya pada kami.

"Atau aku akan menarik kalian berdua!" ancam Seol Chan.

"Ayo, kita juga ikut!" ajak Ji Eun, ia lalu menatap ke arah Ken dan Seol Chan. "Tunggu sebentar, kami akan ganti baju!"

Aku tidak sempat membalas perkataannya karena Ji Eun telah menarikku berdiri. Kami berlari ke arah kamar yang kami tempati. Ji Eun segera membuka kopernya, sedangkan aku menutup pintu di belakangku.

Sahabatku itu menarik keluar bikininya, lalu mematutkannya pada tubuhnya. Aku mengacungkan jempol, sebelum berjalan menuju koperku sendiri. Namun, Ji Eun segera menahan lenganku.

"Sebentar," katanya. "Di mana aku menaruhnya, ya?"

"Kau sedang mencari apa?" tanyaku.

"Milikmu. Kemarin aku membeli dua pasang," jawabnya. "Ah, ini dia!"

Ji Eun menyerahkan sepasang bikini padaku. Aku menatap benda itu di tanganku dengan pupil yang melebar. Bikini ini terlalu terbuka!

"Ji Eun-ah?" panggilku.

"Eoh?" Ji Eun menatapku dengan pandangan bertanya.

"Bikini ini terlalu seksi," balasku sambil menggigit bibir.

"Coba saja dulu. Kalau tidak pas, kau bisa memakai yang kau bawa."

Aku ingin menolak, tapi Ji Eun buru-buru memotong.

"Kau sudah dewasa, Ga Eun. Hal yang normal saat kau memakai bikini yang menampakkan kulit indahmu. Lupakan pakaian renangmu yang lebih pantas dipakai oleh anak SMP itu," kata Ji Eun panjang lebar.

"Tapi-"

Ji Eun menaruh telunjuknya di depan bibirku. "Aku berani bertaruh, Jimin akan memperhatikanmu lagi setelah ini."

The Cute Boy I've Met BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang