part. 45

133 48 0
                                    

Suara dingin tanpa emosi di pagi hari membuat Carissa menatap suaminya tak percaya ada di depan matanya. Dia tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat melihat suaminya di depannya yang sibuk menyiapkan sarapan yang di belinya di perjalanan.

Dan untuk pertama kalinya. Jika ia bersikeras untuk menjelaskan kedatangan suaminya tanpa pengetahuannya sejak tadi. Tanpa emosi sementara cahaya matari telah terbit dengan indah.

" Kenapa? hmmm? kau tidak ingin makan? apakah kau tidak lapar?" tanya Adrian melihat istrinya tengah menatapnya dengan tatapan bingung di depannya.

" Sudah cukup dengan makanannya tapi? kenapa kau ada disini?" melihat suaminya tidak percaya di depannya.

" ...Kamu tidak ingat? semalam?"

" Semalam? kenapa?"

" kamu mengirimkanku pesan!apakah kamu pura-pura tidak tahu karena malu?"

"hahhh?" singkat Carissa.

Dalam waktu perjalanan Amanda dan Marshall berjalan menuju tempat penginapan baru Carissa yang telah di bokingnya dan mengibrol atas kedatangan Marshall dan Adrian. Marshall yang sangat kelelahan karena menempuh perjalanan jauh dari kota Los Angeles ke desa hanya untuk mengantar Adrian menemui Carissa.

" Pesan" tanya Amanda sambil berjalan dengan jaket di tubuhnya untuk menahan dingin di pagi hari.

" Ya. Pesan, dia bilang Carissa semalam mengirimnya pesan dan memintaku untuk mengantarnya dini hari. Kemarin aku membantunya pindahan, berbelanja dan bahkan mengantarnya sampai sini. Mereka harus merawatku saat aku tua nanti. Tapi apakah kau tak merinduhkanku? karena aku sedikit merinduhkanmu." Tanya Marshall kepada Amanda.

Gerakan Amanda terhenti di pertanyaa mendadak Marshall. Dia mencoba berbalik menatapnya sebelum ia menjawab pertanyaan Marshall. Pertanyaan yang sedikit tak acuh dan tanpa rasa malu. Sepasang mata hazelnya yang cerah, terpancar ketulusan, menatapa Marshall.

Amanda menatap balik kepadanya. Ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali itupun lebih menyedihkan ketika menatap orang lain. Bahkan lebih dingin terpancar di matanya hanya sebuah lelucuon tanpa ekspresi.

" Aku harus pergi? jadi aku akan meninggalkanmu sendiri" ucap dingin Amanda di depan Marshall membuatnya tidak paham dengan ucapannya.

Amanda yang telah meninggalkannya hanya sedikit tersunyum melihat tingkah lucunya. Amanda mencoba menghindari jawabannya.

Carissa mengingat kembali saat kejadian semalam tersadar dan mengingatnya. Carissa tetap diam saat mendengar ocehan suaminya yang mengikutinya dari belakang di sepanjang jalan.

Jika kata-kata yang di keluarkan oleh orang lain hanya menganggap sebagai lelucuan bagi Carissa dan menggangap semua hanya angin lewat, tetapi saat mendengar suaminya sejak tadi berbicara membuat Carissa malu dan tidak bisa berkata-kata dan menahan malu.

" Karena ponsel kamu hilang akan aku bacakan baris demi baris, dengarkan baik-baik ya? walaupun aku juga tidak percaya pfttt" sahut Adrian mengikuti istrinya dan tertawa ter kekekeh.

" Astagaaaa?????" guman Carissa dengan wajah pucat terlihat dari wajahnya.

" ('KENAPA KAMU MENGIRIM PESAN LARUT MALAM BEGINI? PERGILAH TIDUR.') ya kamu seperti biasa dengan cuek lanjut di baris berikutinya.( HARI INI BERAT....?) Aku membalasnya (' haruskah aku kesana untuk melihatmu.?") kamu tidak membalasnya sejenak dan pesan berikutnya masuk" ucap Adrian membacakan pesan dari Istrinya membuat Carissa menahan malu.

" Hentikan?" ucap kesal Carissa.

" Tidak sampai 30 detik pesan masuk lagi di ponselku?"

" Cukup hentikan....??? Aku ingat semua jadi cukup" teriak keras Carissa membuat Adrian terdiam melihat Carissa sangat marah dan merona di wajahnya.

Carissa yang menyadari bentakkannya membuat Adrian terdiam dan tanpa berpikir lama Carissa melembutkan kembali ucapannya dengan melirik ketempat lain.

" Aku minta maaf karena sudah marah-marah tetapi keadaan disini tidak lebih baik. Kamu tidak perlu ikut terbebani dan kesulitan, jadi pulanglah" lanjut Carissa.

" Tidak mau.....!!! Aku tidak menikah denganmu hanya di saat-saat bahagia saja. Tolong jangan menderita sendirian, karena kamu tidak sendiri. Aku mau membantu beban yang kamu pikul karena kamu adalah istriku dan aku adalah suamimu di saat kamu membutuhkanku. Kamu juga bisa memanfaatkan aku kapanpun kamu mau"

Carissa menatapnya, seringai menyebar keseluruh wajahnya dan tersenyum. Ia sangat kaget mendengar apa yang telah di katakan suaminya membuatnya bahagia sejenak.

" Ce....Cepat semua sudah menungguh kita." Sahut Carissa melanjutkan jalannya.

" Sekarang kamu lebih baik kan? saat seseorang dalam keadaan tidak sadar pasti berbicara jujur? jadi kamu sudah lebih baik saat kamu melihat wajah suamimu ini kan? hmmm?" ucap Adrian membuat Carissa terus menahan malunya.

" ..... Ya lebih baik.. Karena itu diamlah, sebenarnya aku merasa jauh lebih baik. Puas kan? jadi berhentilah bertanya? mengerti? " lanjut Carissa dengan malu.

Adrian yang melihat wajah istrinya dengan merona seperti tomat membuat Adrian berjalan cepat dan menarik tangan istrinya dengan cepat dan memeluknya dan berkata dengan lembut.

" Carissa aku sangat-sangat mencintaimu. Benar-benar mencintaimu." peluk erat Adrian.

Carissa yang mencoba melonggarkan pelukkan suaminya mencoba menatap wajahnya dan terdiam melihat ketulusannya.

" Kamu benar- bebar membuatku menyulitkanku, sungguh" Ucap Carissa mencoba mencium dari suaminya dengan menarik kerak baju Adrian.

SUPER MODEL  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang