part.66

93 13 0
                                    

Amanda keluar dari ruangan lokasi syuting. Ia menelfon seorang wanita. Marshall yang melihat Amanda dengan khawatir di tengah hujan deras di sekitar pantai.

Marshall yang melihatnya tidak suka dengan sikap keras kepala Amanda. Dengan kesal Marshall menghampiri Amanda dengan mencari payung.

"Sial. Brengsek angkat teleponnya." Guman Amanda dengan marah di tengah hujan membasih tubuhnya.

Amanda yang terus saja menelpon seseorang di tengah hujan. Tanpa di sadarinya Marshall memayungkannya dan membuat Amanda berbalik dengan terkejut.

"Di umur yang sudah tua kita tidak cocok bermain hujan? Tarik nafas. Kamu tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan Carissa dengan pikiran yang kacau." Ucap datar Marshall.

"Kamu tidak akan mengerti. Tapi bagiku ini adalah hal buruk dan ini masa kritis bagi karir Carissa. Dan jika ini berhubungan dengan masa depan anak itu aku tidak akan tinggal diam." Lanjut Amanda tidak mempedulikan perktaan Marshall yang sedang memayungkannya.

"Kau tahu. Aku sangat penasaran? Rasa khawatirmu terhadapan Carissa sangat aneh? Kemarin kamu bilang dia mempunyai pontesi yang tidak di lihat orang, aku pikir perhatianmu terlalu ekstrim. Benarkah kamu mau menjadikannya bintang besar? Atau ada alasan lainnya yang tersebunyi?"ucap dingin Marshall dan menatap dengan serius.

"Aku muak mendengarnya. Sudah aku bilang jangan pedulikan aku saat di luar." Bentak Amanda dengan kesal.

"Sayang sekali aku tidak bisa. Kamu suka padaku,kan. Dan aku tahu sekarang ini kamu ingin aku hibur,kan. Karena itu terima saja kenyataan itu. Dan kau bisa bersandar padaku." Lanjut Marshall dengan datar tanpa memberi senyum seperti biasanya.

" .....? Tidak.. Kamu tidak akan bisa menahanku untuk ini. Tidak akan bisa" jawab Amanda dengan tegas.

Suara ponsel milik Amanda bergetar. Amanda yang terlihat serius dan tegas di depan Marshall. Suara ponsel miliknya terus berbunyi dengan keras.

"Hallo. Amanda Cookyes? Ini dari Entertaiment." Sahut seorang gadis berambut emas dengan tersenyum licik.

Hari ini Adrian memiliki hari yang buruk. Hari ini ia menahan air matanya dan tetap diam sepanjang jalan bersama Austhyn. Tapi bukan berarti hantinya tidak menangis.

Ia menatap langit dengan rintihan hujan turun ke bumi dengan deras. Ia merasa sedih, kecewa dan hari ini adalah hari terberat sepanjang hidupnya.

Adrian merasa ini adalah kesedihan yang nyata. Dan ia beberapa kali menutup mata dan membukannya lagi. Tetapi saat ia membuka mata. Kenyataan yang menyakitkan di depan matanya.

Austhyn yang terus saja menatap Adrian dengan perasaan suka terlihat di wajahnya. Adrian yang tidak mempedulikannya hanya berusaha agar Austhyn melepas tangannya darinya.

"Hentikan. Aku tidak ingin melihatmu terluka karena Carisaa dan Arthur lagi. Kalau aku....? Aku tidak akan membuat priaku terluka, tidak akan pernah." Sahut Austhyn tanpa melepas tangan Adrian.

Adrian menyadari satu hal. Ia tidak bisa berlama-lama dengan Austhyn karena ia tidak ingin Austhyn mengucapkan kata-kata yang tidak ingin ia dengar.

"Tidak.... Austhyn lepaskan tanganmu? Aku akan kembali ke kota. Berhenti sampai disini" ucap Adrian dengan dingin.

Adrian yang selalu terlihat ramah dan ceriah. Dalam hitungan detik raut wajah Adrian berubah seketika dengan sorotan mengerikan. Senyum yang terlihat di bibirnya tidak seperti biasa.

Austhyn yang baru menyadarinya langsung gugup di depannya. Pria yang ceriah dan ramah. Sekarang bukanlah sosok pria yang terlihat seperti sebelumnya.

Austhyn. Berusaha untuk tidak melepas tangan Adrian. Ia semakin mengeratkan tangannya tanpa mempedulikan sikap dingin Adrian.

" Tidak.... Jangan pergi? Aku..... Aku mencintaimu? Aku tidak mau melepaskanmu." Ucap Austhyn sambil menundukan kepalanya.

Adrian meraih tangan Austhyn sambil tersenyum. Ia tahu perasaannya sejak kecil hanya untuk Carissa istrinya. Ia tidak menyukai wanita lain selain gadis yang telah di jodohkan oleh kakekenya Carissa Arben.

Austhyn yang mencoba memeluk Adrian dan menciumnya. Tetapi Adrian dengan cepat menghentikan Austhyn sebelum ia hilang kendali dengan perasaanya.

"Hentikan? Tidak. Mulai sekarang kita bukan lagi teman, tidak. Aku tidak bisa lagi. Maaf, aku harus pergi, kembalilah ke vila nanti kamu akan sakit? Dan maaf" lanjut Adrian dengan melepas tangan Austhyn serta meninggalkan Austhyn di tengah hujan deras.

Austhyn terjatuh dan menangis dengan piluh bercucuran air mata. Austhyn menarik kakinya, menekuknya di depan dadanya dan menyandarkan kepalanya di atas lutut kakinya. Ia menangis tanpa bersuara di tengah jalan di sertai hujan dan petir.

"Aku tahu aku yang terburuk hiks...hiksss huaaahhh. Tetapi aku tidak bisa menahannya lagi?" Guman Austhyn dengan terus menangis.

SUPER MODEL  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang