part.70

172 6 0
                                    

Amanda menarik nafas dalam-dalam dan ia berjalan bersama Marshall ke parkiran mobil. Amanda berharap malam ini cepat terselesaiakan.

Jam 10:45 malam Amanda duduk sejenak dalam mobilnya. Sementara Masrhall berharap kekasihnya itu baik-baik saja.

"Karena belum ada konfirmasih dari pihak agensi. Jadi mungkin direktur Auddison masih berpikir untuk sementara waktu. Apakah kamu tidak apa-apa pergi sendirian malam ini. Desa dan kota sangat jauh? Sepertinya aku harus ikut denganmu." Tanya Marshall dengan khawatir dari luar.

"Syutingnya belum selesai,kan. Lagi pula cepat atau lambat semua akan hancur."

Marshall mencoba meraih tangan Amanda yang terlihat kacau saat ini. Ia hanya berbicara dari luar kaca mobilnya dengan memberikan semangat.

"Kamu memang hebat. Hati-hatilah saat berkendara di malam hari. Maafkan aku membiyarkanmu pergi sendiri malam ini." Lanjut Marshall dengan cemas.

"Aku pergi dulu." Singkat Amanda dengan melepas tangan Marshall.

Bruuuummmmm......

Setelah melihat kepergian Amanda. Marshall kembali masuk ke ruangan studio tempat scene terakhir.

Sepanjang jalan Amanda berpikir tangan Marshall sangat hangat. Ia hanya menangis sambil menyetir. Saat ini ia hanya butuh sandaran jika saat seperti sekarang menimpahnya.

Hangat ... Tangan yang tidak ingin aku lepaskan. Hiks...Hiks... Kenapa sangat hangat hiks.... Hikss..

Adrian hanya terdiam di ruang tamu. Sementara Zach hanya melihat tanpa berbicara. Karena pengalaman yang menyakitkan untuk pertama kalinya.

Hatinya seakan teiris karena malam ini istrinya bersama dengan mantan kekasihnya. Adrian hanya memandang kota london yang sedang di guyur hujan deras.

Zach melihat sikap Adrian yang sejak tadi menahan emosinya. Ia berjalan kearah musik yang tidak jauh dari tempanya.

"Bagaimana perasaanmu baikan? Hey Adrian Robie yang kaya raya. Aku akan besarkan suara musiknya, menangislah. Kalau ingin menangis. Lalu kamu harus lupakan perkataanku yang sok tahu tadi. Malam ini atau besok, kalau Carissa muncul, kamu boleh memarahinya habis-habisan. Tapi kalau tidak aku yang akan memarahimu. Kalaupun dua orang itu menggap dirinya Juliet dan Remeo. Kamu harus tetap menjaga yang harus sudah menjadi milikmu." Tanya Zach.

Arthur memeluk Carissa dengan erat. Ia menangis dan tidak ingin kehilangannya. Arthur mengankat kedua tangannya dengan merangkul Carissa dengan erat.

Carissa hanya terdiam melihat Arthur yang tidak melepas pelukkannya. Arthur mencoba memejamkan matanya yang terlihat sembab.

Arthur berharap malam ini adalah mimpi buruk baginya. Berpisah dari Carissa adalah hal terberat dan menyakitkan untuknya.

"Kamu pernah bilang? Kita ini mirip.... Dan di dunia ini yang bisa memahamimu hannyalah aku. Karena itulah kita tidak boleh berpisah,paham?" Ucap Arthur tanpa melepas peluk kan nya.

Arthur terus meneteskan air mata. Carissa yang tetap datar dan bersikap tegas di pelukkan Arhur. Walaupun ia tidak membalas pelukkan nya tetapi ia juga menyanginya.

"Kamu salah? Kita sudah berakhir malam itu.... Kamu tahu itu. Lalu bukan masalah siapa yang meninggalkan! Tapi kita berdua meninggalkan satu sama lain." Jawab Carissa dengan tegas.

Saat Arthur mendengar hal itu. Ia langsung melonggarkan pelukkan nya dengan marah. Ia tidak marah dengan Carissa tetapi Arthur menyalahkan Adrian yang datang di kehidupan mereka berdua.

"Semua adalah salah pria itu. Semua berubah saat dia muncul..... Sebelumnya tidak seperti ini kamu selalu kembali.... Selalu memaafkanku dan menerimaku kembali." Suara keras di seluruh rungan dan di depan Carissa. Arthur yang terus saja bersuara marah lalu menangis sambil berlutut di depan Carissa lagi.

Carissa yang tidak sanggup melihatnya. Ia memeluk erat Arthur dengan hangat sambil tersenyum lembut.

"Aku berpikir juga begitu. Aku kira aku akan selalu memaafkanmu walaupun kamu berbuat salah! Tapi sesungguhnya, aku tidak pernah memaafkanmu sedikitpun. Aku berpura-pura memaafkanmu. Semua luka yang kamu berikan kepadaku. Aku kembalikan padamu dengan caraku sendiri. Dan sekarang harus di hentikan. Pada akhirnya kita akan saling membenci satu sama lain." Lanjut Carissa dengan memeluk Arthur sambil meneteskan air mata.

Arthur yang mendengarnya terdiam dan berbicara dengan lirih. " Kalau begitu benci saja aku.... Lebih baik kamu membenci diriku daripada kamu di rebut oleh pria lain. Kita hidup seperti itu saja. Saling membenci satu sama lain dan menggangu selamanya..... Itu lebih baik daripada harus hidup tanpamu." Ucap Arthur yang tidak bisa menahan air matanya saat tahu akan seperti sekarang.

Arthur berpikir dalam hati. Jika hal ini akan terjadi padanya, ia akan mencoba berbuat semaksimal mungkin untuk membahagiakan Carissa walapun ia menderita. Namun, pria itu sudah membuatnya belajar kehilangan, bagaimana rasanya gadis yang di sukainya memilih pria lain.

SUPER MODEL  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang