part.71

143 7 0
                                    

Amanda menarik nafas dalam-dalam dan berjalan kearah koridor apartemen mewah. Amanda menutup mata dan berdoa semua akan baik-baik saja.

Ia benar-benar berharap akan baik-baik saja dan  belum terlambat. Amanda berharap ia bisa bertemu dengan gadis tersebut malam ini. Yang membuat Carissa menderita.

Tap....Tap...Tap

Ding .... Dong...

Cleak...

"Silakan masuk!" Ucap gadis dalam Apartemen tersebut.

Hujan semakin deras. Auddison berdiri di dekat caffe yang terlihat sepi. Ia duduk cukup lama tanpa seorang di dekatnya.

Marshall yang tiba dan melihat di seluruh ruangan caffe. Mata Marshall tertujuh kearah sutradara Auddison.

Marshall berjalan dengan melepas jaket hujannya sambil memberi salam kepada sahabatnya tersebut dengan tersenyum.

"Apa yang akan kau lakukan dengannya?kau tahu sendiri,kan ini bukan salah Carissa. Apakah kamu masih ingin menyalahkan,nya?" Tanya Marshall.

"Dengar. Jika seorang hampir mati di dunia ini, mereka akan berusaha dengan pendirian sendiri dengan pengalaman mereka orang itu. Kalau aku membiarkan satu ekor ikan lolos, pasti akan hancur semua. Dan untuk apa aku melakukan semua itu?" Jawab Auddiason dengan datar.

"Karena kamu melihat pontesi dalam diri Carissa. Dan di suatu seperti ini hanya kamu yang bisa menolongnya."

"Kenapa aku harus menolong dia?"

Amanda berdiri dengan serius. Malam yang di sertai petir. Ia hanya menatap serius di depan gadis tersebut.

Gadis berambut panjang berjalan sambil menuangkan minuman hangat. Dengan angkuh tersenyum licik dari balik kaca jendela apartemennya.

Cuuuuurrrrrrrtttt...

"Sepertinya dia benar-benar menutup rapat mulutnya. Yah, dia memang malu dengan keluarga kami." Ucap gadis berambut panjang tersebut dengan sorotan mata dingin terlihat oleh Amanda.

"Eh?" Singkat Amanda.

Auddison menarik nafas dengan kasar. Lalu ia berdiri sambil meniup tanganya karena dinginnya malam. Ia memasukkan kedua tangannya dalam saku celananya dan berbicara dengan kasar.

"Kenapa? Karena aku adalah kakaknya Azuhra?" Ucap Auddison dengan datar. Dan kata-kata yang tidak suka dengan keluarganya.

Sementara Amanda sejam berdiri dan menatap kesal di depan gadis cantik tersebut.

"Apakah, kakakku baik-baik saja,kan?" Tanya Azuhra dengan senyum yang tidak dapat di tebak oleh Amanda.

Marahall mengertutkan kening nya dan merasa ia berbicara dengan salah sebelumnya.  Hingga akhirnya ia tidak berbicara sama sekali.

"Aku ingin menjalankan hidupku sendiri tanpa keluargaku? Meskipun terdengar aneh olehmu, aku tidak pernah melihat kebahagiaan dalam hidupku. Hingga aku masuk kuliah? Ayahku pengusaha ternama, yang di akui hukum. Di duniannya, uang dan kekuasaanlah yang berharga. Aku hidup menikmati semua yang di berikkannya. Masa depanku sudah di tentukkan nya, setelah selesai kuliah aku harus meneruskan usahanya. Semuanya sangat muda asalkan aku hidup dengan merusak hidup orang lain. Itulah yang aku pelajari dari keluargaku." Lanjut Auddison dengan sedih dan murung terlihat di wajahnya.

Marshall yang mengalihkan pandangannya. Ia menatap keluar jendela sambil menatap hujan sambil mendengarkan Auddison berbicara.

"Aku terus mengikuti perintah keluargaku. Sampai aku menonton drama teater di depan mataku, yang di bintangi artis yang tidak cukup terkenal. Disitulah aku belajar tentang hidup mandiri dan mencari apa yang aku inginkan tanpa bantuan ayahku. Dan untuk pertama kalinya aku keluar dari rumah. Aku kelaparan banyak melalui masa sulit, tapi aku baru menyadarinya apa arti hidup. Tapi, pemikiran aku dan keluargaku berbeda. Aku yang dulu nya patuh dan akhirnya mulai melawan ayahku. Karena itu ayahku menghukumku dengan caranya sendiri. Ayahku menghancurkan semua perusahaan agensi yang aku masukki. Aku bisa menghentikkan keluargaku hanya dengan tinggal pulang kembali kerumah. Aku harus jadi anak yang penurut apa yang diinginkannya, tapi, aku tidak mau, jadi aku memberi saran pada pihak agensiku untuk melawan keluargaku. Tapi  pengusaha seperti ayahku terlalu kuat, pemilik agensiku tidak mampu menghadapi ayahku hingga akhirnya ia bunuh diri demi aku. Lalu sejak kematian temanku, aku bertekad untuk tidak menolong orang lain. Aku belajar bagaimana semua usahaku akan sia-sia. Itulah pendirianku." Lanjut Auddison dengan dingin di hadapan Marshall.

Marshall yang mendengar cerita masa lalu temannya tersebut terdiam. Ia paham apa yang di bahasnya.

"Aku paham...... Dan jangan terlalu lama di luar. Nanti kamu sakit, aku pergi dulu ada tempat yang aku ingin kunjungi." Jawab Marshall.

Auddison menghentikan langkah Marshall dan berbalik dengan wajah seperti biasa nya. Marshall terhenti dan berbalik menatap sahabat nya itu.

"Ada satu hal yang harus aku sampaikan sebagai kakak Azuhra. Jangan tunjukkan kelemahanmu, di antara semua saudaraku. Dan Azuhra, dia yang paling mirip dengan ayahku. Dia akan mengenggam kelemahanmu sampai akhir. Jadi, jangan biarkan dia melihat hal itu."

"Boleh aku tanya satu hal lagi?" Tanya Marshall.

Azuhran memberikan satu amplok coklat di depan Amanda. Ia tersenyum licik sambil meminum sacangkir kopi miliknya.

"Apa ini?" Tanya Amanda dengan bingung.

"Kelemahanmu?"

Marshall berjalan lalu berhenti di depan kedai yang sebelumnya bersama Amanda. Ia mengingat jawaban dari  Auddison.

Flashback.

"Benar Amanda Cookyes merekomondasikan nya. Dia memang cocok bermain flem. Selain itu ......." ucap Auddison.

"Selain itu?" Singkat Marshall menunggu lanjutan Auddison.

"Namanya  Arbeno Harleno. Dialah orang yang membuat jalan hidupku berubah. Aku merasa bertemu dengannya adalah takdir. Ya itu ayah Carissa Arben"

Marshall mendaki gunung seorang diri di tengah hujan. Saat ini Marshall merasa gadis yang ia sukainya itu mempunyai banyak rahasia.

Kenapa kau mendaki gunung di tengah malam seperti ini?

Amanda terus menundukkan padangannya di depan Azuhra. Dan berbicara dengan lemah.

"Apa untung nya kelemahanku bagimu?" Bentak Amanda.

Suatu hari Amanda pindah?

Marshall sampai di penggunungan dimana kediaman Amanda sebelum pindah ke kota London. Dan kejadian meninggalnya sahabatnya yang di sebabkan Ayah Auddison dan Azuhra.

Marshall telah tiba. Ia melihat sebuah vila mewah berdiri di tengah hutan.

"Kelemahanmu akan menjadi kelemahan Carissa juga?" Ucap Azuhra dengan licik.

Amanda terdiam dan tidak bisa berbicara sedikitpun. Sementara Marshall memandang vila yang tidak berpenghuni di tengah malam dan gelap.

"Amanda?" Singkat Marshall dengan datar.

SUPER MODEL  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang