8

8.6K 369 8
                                    

Leo membuka matanya. Debaran jantungnya bertalu-talu. Keringat membasahi dahi dan tubuhnya. Menutup mata dan menghapus wajahny. Leo mengumpat.

Sial!! Sudah 3 hari ini aku bermimpi hal yang sama. Setelah bertahun-tahun, mimpi itu muncul lagi. Ervina...aku merasa sangat bersalah. Akulah penyebab kematianmu. Apa yang harus aku lakukan agar mimpi itu tak lagi datang?!

Drrtt..drrrttt...

Leo menoleh ke atas meja nakasnya. Mengambil gawainya yang berbunyi. Imelda..

"Ya... Imelda..."
"....."

"Baik.. segera kirimkan dokumennya ke email ku. Aku akan membacanya nanti.."
"...."

"Tidak.. hari ini aku ada acara diluar. Sepertinya aku tidak datang ke kantor. Kirimkan saja yang kau perlukan."

Klik.

Menatap ke arah layar diponselnya. Membaca tanggal dan hari yang tertera disana. Mengingat sudah hampir 10 hari dia tidak memasuki kantornya. Karena Leo tahu apa yang terjadi jika dia pergi kesana.

Kehadiran asisten sekretarisnya yang baru, membuatnya tidak bisa fokus dalam bekerja. Jika saja gairah itu dia dapatkan dari wanita diluar sana, maka akan dengan senang hati dia akan menuntaskan gairahnya itu.

Tapi, sayang sekali... Wanita itu adalah salah satu karyawannya. Seseorang yang tidak bisa dia sentuh. Bagaimana bisa dia melanggar aturan yang dia buat sendiri di perusahaannya? Tak boleh ada suasana romansa di dalam perusahaannya. Jika terbukti melakukannya, tak hanya ancaman pecat namun juga denda 10 kali lipat wajib di bayarkan jika ingin keluar dengan catatan yang bagus.

Dan memang begitulah Leo. Bertangan dingin saat menjalankan perusahaan. Bahkan semua aturan dan hukum dalam perusahaannya, dengan tegas dia terapkan. Namun, semua itu juga sepadan dengan gaji dan jaminan yang akan didapatkan oleh karyawannya. Leo hanya membutuhkan keloyalan mereka dalam bekerja.

Dan kali ini, dialah yang merasa terjebak dengan aturan yang dia buat sendiri. Membenci dirinya sendiri yang menginginkan karyawan cantiknya berada di bawahnya dengan peluh dan kepuasan.

Shit!! Hanya membayangkan nya saja, dia sudah merasa gerah dan tegang. Kenapa? Kenapa harus dia???!! Kerepotan dipagi hari dibawah kucuran air harus aku lakukan lagi!! Sial!!

Leo bangkit dari ranjangnya. Menghempaskan selimut dan memasuki kamar mandinya dengan gerutuan.

---

Menatap pintu masuk pemakaman umum, Leo menghela nafas lemah. Berhenti sejenak, mengingat mimpi yang beberapa hari ini menghantui tidurnya. Kesakitan yang dulu dia rasakan, kini terasa lebih berat. Menggenggam rangkaian bunga lily, bunga kesayangan Ervina yang selalu memenuhi ruangan di apartemennya. Membawakan bunga cantik itu untuk dihadiahkan kepada kekasihnya yang tiada.

Melangkah dengan pasti, Leo menyusuri tanah pekuburan itu. Rindang dan sedikit gelap. Karena pohon-pohon besar menaungi lingkungan yang sepi itu. Menjadikan suasananya sedikit seram. Saat akan berbelok, mata Leo menangkap siluet seorang perempuan yang berjalan menjauh.

Tak mau ambil pusing, Leo terus melangkahkan kakinya. Semakin mendekati letak tempat Ervina dalam tidur panjangnya, semerbak wangi lavender mengeruak hidung Leo. Termangu karena hanya mencium bau harumnya saja, membuat darah Leo berdesir pelan. Merangkak hingga menusuk ke dalam gairahnya. Leo terheran dengan reaksi tubuhnya. Bagaimana bisa hanya dengan mencium bau wangi parfum yang entah darimana asalnya, kejantanannya bereaksi seperti itu. Leo menggelengkan kepalanya. Sepertinya, dia harus segera check up. Tubuhnya mungkin sedang tidak baik.

Tiba di tempat Ervina, Leo terhenyak. Terlihat rangkaian bunga yang sama tergeletak di atas tanah kering itu. Bunganya masih segar. Itu berarti bunga itu baru saj diletakkan disana. Mengerutkan dahinya, Leo berfikir tentang siapa yang datang berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir kekasihnya. Hingga akhirnya dia teringat dengan seseorang, tentu saja. Adiknya. Siapa lagi yang akan mengunjungi Ervina jika bukan adiknya itu? Heemm.. aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Tak sanggup menghadapi rasa bersalah ini jika aku menatapnya. Apa yang harus kukatakan jika bertemu? Tak ada. Sudahlah.. yang penting dia baik-baik saja.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang